MAKALAH STRUKTUR
TUMBUHAN
“ Sel
Tumbuhan ”
![Unram.png](file:///C:\Users\MASTER\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.gif)
OLEH
:
KELOMPOK
3
ANGGOTA
KELOMPOK :
HUSNAWATI (E1A014019)
NOVIA
SYOPIANA PUTRI (E1A014033)
NURWAHIDAH
(E1A014036)
NI
KOMANG AYU NITA P. (E1A014031)
PAHMI
HUSAIN (E1A014038)
PENDIDIKAN
BIOLOGI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MATARAM
2015
DAFTAR ISI
JUDUL........................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR............................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH.............................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................
2
C. TUJUAN ....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................ 3
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN............................................................................................. 56
B. SARAN ........................................................................................................ 56
DAFTAR PUSTAKA
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN............................................................................................. 56
B. SARAN ........................................................................................................ 56
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “Sel Tumbuhan”.
Kami
sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini
terdapat kekurangan-kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi
lainnya. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun
yang membacanya. sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Mataram, 27 September 2015
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Sel merupakan unti struktural dan fungsional pada makhluk hidup.
Bentuk sel ada yang pipih, memanjang, sangat panjang, dan bikonkaf. Sedang
ukuran dari sel pada umumnya mikroskopis. Sel pertama kali dikenalkan oleh
Robert Hooke pada tahun 1665 yang mengamati jaringan gabus pada tumbuhan yang
merupakan kesatuan fungsional makhluk hidup. Semua fungsi kehidupan diatur dan
berlangsung di dalam sel. Karena itulah sel dapat berfungsi secara autimon
asalkan seluruh kebutuhan hidupnya terpenuhi.
Tumbuhan termasuk organisme multiseluler
yang terdiri dari berbagai jenis sel terspesialisasi yang bekerja sama
melakukan fungsinya. Sel tumbuhan meliputi berbagai organel dan
penyusun-penyusun lainnya seperti dinding sel, sitoplasma, membran plasma,
retikulum endoplasma, badan golgi, vakuola, peroksisom dan glioksisom, rangka
sel, ribosom, mitokondria, plastida dan nukleus. Masing-masing organel memiliki
struktur dan fungsi yang berbeda. Fotosintesis, metabolisme, pertumbuhan serta
perkembangan tumbuhan merupakan aktivitas sel-sel tumbuhan. Misalnya organel
plastida yang berperan dalam fotosintesis tumbuhan.
Tumbuhan tingkat tinggi tubuhnya
tersusun oleh sejumlah sel, baik sel hidup maupun sel mati. Sel-sel hidup
memiliki persamaan dan perbedaan dalam struktuk dan fungsinya. Persamaannya
adalah sel itu mempunyai dinding sel, terisi plasma yang terbungkus oleh
membran plasma. Sedangkan perbedaannya terutama diakibatkan oleh lingkungan dan
faktor genetik, yaitu akibat proses diferensiasi yang mengikuti proses
pembelahan sel.
Pembelahan sel merupakan faktor penting
dalam kehidupan mahluk hidup. Setiap sel dapat memperbanyak diri dengan
membentuk sel-sel baru melalui proses pembelahan sel atau reproduksi sel. Pada
dasarnya, pembelahan sel dibedakan menjadi dua, yaitu pembelahan secara
langsung (amitosis) dan pembelahan secara tidak langsung (mitosis dan meiosis).
Pada makalah ini akan dijelaskan tentang
sel tumbuhan khususnya mengenai dinding
sel, organel dan penyusun-penyusun sel lainnya serta pembelahan
sel yang mengakibatkan terjadinya pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
struktur dan fungsi dinding sel pada tumbuhan ?
2. Bagaimana
struktuk dan fungsi membran sel pada tumbuhan ?
3. Bagaimana
struktur dan fungsi organel-organel pada sel tumbuhan ?
4. Bagaimana
struktur dan fungsi dari inti sel pada sel tumbuhan ?
5. Bagaimana
proses pembelahan sel pada tumbuhan ?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahuai struktur dan fungsi dinding sel pada tumbuhan.
2. Untuk
mengetahuai struktuk dan fungsi membran sel pada tumbuhan.
3. Untuk
mengetahuai struktur dan fungsi organel-organel pada sel tumbuhan.
4. Untuk
mengetahuai struktur dan fungsi dari inti sel pada sel tumbuhan.
5. Untuk
mengetahuai proses pembelahan sel pada tumbuhan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Dinding
Sel
Dinding
sel merupakan bagian terluar sel tumbuhan. Dinding sel
adalah struktur di luar membran plasma yang membatasi ruang bagi sel untuk
membesar. Dinding
sel dibentuk oleh diktiosom. Dinding sel merupakan ciri khas yang
dimiliki tumbuhan.
Dinding sel menyebabkan sel tidak dapat bergerak dan
berkembang bebas, layaknya sel hewan. Namun demikian, hal ini berakibat positif
karena dinding-dinding sel dapat memberikan dukungan, perlindungan dan
penyaring (filter) bagi struktur dan fungsi sel sendiri. Dinding sel mencegah
kelebihan air yang masuk ke dalam sel. Dinding sel bersama-sama dengan vakuola berperan dalam
turgiditas sel atau kekakuan sel.
Dinding sel terbuat dari berbagai macam komponen,
tergantung golongan organisme. Pada tumbuhan, dinding-dinding sel sebagian
besar terbentuk oleh polimer karbohidrat (pektin, selulosa, hemiselulosa, dan
lignin sebagai penyusun penting).
Gambar dinding sel tumbuhan :
![https://aws-dist.brta.in/2012-10/1a775cb5a89ef3c08f4008567cf26b4f.jpg](file:///C:\Users\MASTER\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image004.jpg)
Pada awal pembentukannya, dinding
sel berupa selaput tipis tersusun atas selulosa (polisakarida kompleks). Di
antara dua dinding sel yang berdekatan terdapat lamela tengah. Dua sel yang
berdekatan dihubungkan oleh saluran yang di dalamnya terdapat benang-benang
plasma yang disebut plasmodesmata.
![](file:///C:\Users\MASTER\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image005.jpg)
Plasmodesmata (bentuk jamak dari, plasmodesma) adalah suatu saluran terbuka pada dinding sel
tumbuhan melalui mana benang sitosol terhubung dari sel-sel tetangganya.
Sitoplasma lewat melintasi plasmodemata dan menghubungkan kandungan hidup sel
yang bersebelahan. Ini akan menyatukan sebagian besar bagian tumbuhan itu
menjadi satu rangkaian hidup. Membran plasma sel yang bersebelahan bersambungan
melalui plasmodesmata. Air dan zat terlarut yang berukuran kecil dapat lewat
secara leluasa dari sel ke sel. Cara transportasi tersebut
dinamakan simplas. Dalam
keadaan tertentu, molekul protein khusus dan RNA dapat juga
melakukan hal seperti itu. Plasmodesmata telah dapat dilihat sejak berabad-abad
lalu, tapi struktur rincinya baru dapat dipelajari setelah berkembangnya mikroskop elektron. Plasmodesmata tampak seperti
terowongan yang terjadi dari perluasan membran plasma dari
sejumlah sel yang bersebelahan dan berisi sebuah tabung berdiameter lebih
kurang 40 nm.
Dinding sel dapat dibedakan menjadi
dinding sel primer dan dinding sel sekunder. Dinding sel primer dibentuk pada
waktu sel membelah, misalnya pada sel-sel muda yang sedang tumbuh. Dinding sel
primer tersusun atas selulosa antara 9–25%, hemiselulosa, pektin, serta
beberapa senyawa lainnya. Selulosa terdiri dari mikrofibril yaitu serat-serat
panjang yang memiliki daya regang kuat.
Sementara itu, dinding sel sekunder
terbentuk karena penebalan. Dinding sel sekunder ini dimiliki oleh
sel-sel dewasa yang terdapat di sebelah dalam dinding sel primer. Dinding sel
sekunder mempunyai kandungan selulosa antara 41–45%, hemiselulosa, dan lignin.
Selulosa merupakan senyawa organik dengan
rumus (C6H10O5)n,
sebuah polisakarida yang
terdiri dari rantai linier dari beberapa ratus hingga lebih dari sepuluh ribu ikatan β(1→4) unit D-glukosa. Selulosa
merupakan komponen struktural utama dinding sel dari tanaman hijau, banyak
bentuk ganggang dan Oomycetes. Beberapa
spesies bakteri
mengeluarkan itu untuk membentuk biofilm. Selulosa
adalah senyawa organik yang paling umum di Bumi. Sekitar 33% dari semua materi
tanaman adalah selulosa (isi selulosa dari kapas adalah 90%
dan dari kayu adalah
40-50%). Selulosa tidak dapat dicerna oleh manusia, hanya dapat dicerna oleh
hewan yang memiliki enzim selulase.
Lignin atau zat kayu
adalah salah satu zat komponen penyusun tumbuhan. Komposisi
bahan penyusun ini berbeda-beda bergantung jenisnya. Lignin terutama
terakumulasi pada batang tumbuhan
berbentuk pohon dan semak. Pada batang, lignin
berfungsi sebagai bahan pengikat komponen penyusun lainnya, sehingga suatu
pohon bisa berdiri tegak (seperti semen pada sebuah batang beton).
Berbeda
dengan selulosa yang
terbentuk dari gugus karbohidrat, struktur
kimia lignin sangat kompleks dan tidak berpola sama. Gugus aromatik ditemukan
pada lignin, yang saling dihubungkan dengan rantai alifatik, yang
terdiri dari 2-3 karbon. Proses pirolisis lignin
menghasilkan senyawa kimia aromatis berupa fenol, terutama kresol.
Beberapa sel dindingnya mengalami
penebalan oleh zat lignin yang disebut lignifikasi. Lignifikasi mengakibatkan
xilem dan sklerenkim mengayu (keras dan kaku). Penebalan dinding sel dapat
terjadi secara penyisipan (aposisi ) pada penebalan-penebalan lama atau
penambahan (intususepsi ) pada penebalan lama. Di antara dinding sel ada yang
tidak mengalami penebalan disebut noktah.
B. Membran Sel
1. Pengertian
Membran Sel
Membran
sel merupakan
batas kehidupan. Membran sel memisahkan sel yang “hidup”
dengan lingkungan sekitarnya yang “tidak hidup”. Setiap sel diselimuti oleh
sebuah lapisan yang disebut membran sel. Karena membran sel sangat tipis,
maka ia tidak bisa dilihat dengan mikroskop cahaya, tetapi bisa diamati dengan
menggunakan mikroskop elektron (dibawah akan Anda lihat gambar dari membran
sel). Membran sel terdiri dari barisan lemak. Selain itu pada membran sel juga
terdapat protein. Membran sel memiliki ketebalan 8 nm. Susunan membran sel yang
lengkap dijelaskan menurut suatu model
mosaik cair.Model membran ini pertama kali diperkenalkan oleh dua orang
ilmuwan, yaitu Jonathan Singer dan Garth Nicolson. Membrane sel adalah
selaput yang terletak paling luar yang tersusun atas senyawa kimia lipoprotein (gabungan dari senyawa lemak
atau lipid dengan senyawa protein). Lapisan tipis yang luar biasa
ini tebalnya kira-kira hanya 8nm (dibutuhkan lebih dari 8000 membran plasma
untuk menyamai tebal kertas halaman ini) membran plasma mengontrol lalulintas
ke dalam dan keluar sel yang dikelilinginya. Seperti semua membran biologis, membran plasma memiliki permeabilitas
selektif; yakni, membran ini memungkinkan beberapa substansi dapat melintasinya
dengan lebih mudah daripada substansi yang lainnya. Salah satu episode paling
awal dalam evolusi kehidupan mungkin berpa pembentukan membran yang membatasi
suatu larutan yang mempunyai komposisi yang berbeda dari larutan sekelilingnya,
tetapi masih bisa melakukan penyerapan nutrient dan pembuangan produk limbahnya
kemampuan sel untuk membedakan pertukaran kimiawainya ini dengan lingkungannya
merupakan hal yang mendasar bagi kehidupan, dan membran plasma inilah yang
membuat keselektifan ini bisa terjadi.
2. Struktur
Membran Sel
Membran sel memiliki struktur
seperti lembaran tipis. Membran sel tersusun dari molekul-molekul protein,
lipid (lemak), dan sedikit karbohidrat yang membentuk suatu lapisan dengan
sifat dinamis dan asimetri. Bersifat dinamis karena memiliki struktur seperti
fluida (zat cair), sehingga molekul lipid dan protein dapat bergerak. Bersifat
asimetri karena komposisi protein dan lipid sisi luar tidak sama dengan sisi
dalam membran sel. Molekul-molekul tersebut menyusun matriks lapisan fosfolipid
rangkap (fosfolipid bilayer) yang disisipi oleh protein membran. Berikut ini
gambaran dari struktur membran sel
![gambar membran sel](file:///C:\Users\MASTER\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image007.jpg)
(Gambar 1. Struktur
Membran Sel)
Terdapat dua
macam protein membran, yaitu protein yang terbenam (integral) dan yang menempel
(peripheral) di lapisan fosfolipid. Satu unit fosfolipid terdiri dari bagian
kepala (fosfat) dan ekor (asam lemak). Sisi kepala merupakan sisi hidrofilik
(suka air) yang menghadap ke luar membran sel. Sisi ekor merupakan sisi
hidrofobik (tidak suka air) yang bersembunyi di bagian dalam membran sel. Pada
bagian membran sel yang menghadap ke luar sel, terdapat karbohidrat yang
melekat pada protein membran atau fosfolipid. Fungsi biologis membran sel
bergantung pada molekul-molekul penyusunnya, yaitu lipid, protein, dan
karbohidrat.
Menurut
Dalle (2007:1) Ada beberapa teori tentang struktur dari membran sel diantaranya
:
a. Gortel & Grendel (1925)
·
Membran berupa struktur
yang membatasi sel, terdiri atas lipid yang
mengandung
gugus polar dan gugus yang bersifat hidrofob(yang tidak dapat larut dalam air
tetapi dapat larut dalam minyak)
· Gugus polar mengarah ke
bagian luar dari bilayer, sedangkan gugus hidrofob (rantai asam lemak) berada di
bagian tengah dari lipid bilayer
![](file:///C:\Users\MASTER\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image009.gif)
![](file:///C:\Users\MASTER\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image011.gif)
![](file:///C:\Users\MASTER\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image013.gif)
Gambar 2. Struktur Membran Sel
Berdasarkan Teori Gortel & Grendel. (Dalle,2007:1).
b.
Davson & Danielli (1954)
Membran
merupakan struktur lipid bilayer yang disisipi dengan protein globular yang
melintasi membran dan terdapat pula protein di permukaan luar dan
dalam membran.
c.
Singer & Nicholson (1972)/ Model Mozaik
Fluida
Model mosaik fluida yang disusun
berdasarkan hukum-hukumtermodinamika untuk menjelaskan struktur membran sel.
Model mosaic fluida yang dikembangkan pada tahun 1972 oleh Singer dan Nicolson
memperkenalkan ide baru tentang penyebaran lipid dan protein pada membran,
karena itu mereka merevolusi ilmu pengetahuan (berpikir ilmiah) tentang
struktur membran. Model ini memecahkan dasar baru dengan dalil (sasaran) yang
meyakinkan bahwa protein terpancang secara langsung pada membran bilayer.
Matriks phospholipid terdiri atas dua lapisan, dan didalamnya terdapat dua tipe
protein, ialah protein perifer yang dapat bereaksi dan dapat larut pada air
(polar), dan protein integral yang sukar berikatan dan sukar larut air
(nonpolar) (Anonim,C,2011:1).
3. Komponen Kimia Membran Sel
Berdasarkan
analisis kimia, membran sel tersusun atas lipida dan protein (lipoprotein).
Lipidanya berupa fosfolipid, glikolipid dan sterol. Sterol umumnya berupa
kolesterol. Menurut Ardiyanto (2011:1) protein penyusun membran sel terutama
terdiri dari glikoprotein, Berikut adalah penyusun membrane sel :
a.
Lipid
Membran sel terdiri dari tiga kelas
lipid amphipathic: fosfolipida, glikolipid, dan kolesterol. Jumlah dari
masing-masing tergantung
pada
jenis sel, tetapi dalam sebagian besar kasus fosfolipid yang paling berlimpah.
Terdapat 3 tipe lipid, yaitu:
1)
Fosfolipid.
Molekul fosfolipid terdiri dari dua
bagian, yaitu kepala dan ekor. Bagian kepala memiliki muatan positif dan
negatif serta bagian ekor tanpa muatan. Bagian kepala karena bermuatan bersifat
hidrofilik atau larut dalam air, sedangkan bagian ekor bersifat hidrofobik atau
tidak larut dalam air. Fosfolipid digolongkan sebagai lipid amfipatik.
2)
Kolesterol
Banyak
terdapat pada membran sel hewan (sekitar 50% dari molekul lipid). Membran sel
tumbuhan dan semua sel bakteri tidak
banyak
mengandung kolesterol. Kolesterol lebih sedikit dibandingkan lipida membran
lainnya dan tidak terlalu bersifat amfipatik. Gugus hidroksil dari kolesterol
yang bersifat hidrofilik menentukan orientasi molekul ini pada membran
sel. Gugus hidroksil berada pada bagian permukaan membran.Kolestrol pada
membrane sel berfungsi untuk mengatur fluiditas dan stabilitas mebran serta
mencegah asam lemak lebih merapat dan mengkristal dengan meningkatkan suhu
pretransisi.
![](file:///C:\Users\MASTER\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image015.gif)
Gambar 3. Kolesterol (Dalle,1983:3)
3) Glikolipid
Glikolipid
ialah molekul molekul lipid yang mengandung karbohidrat, biasanya pula
sederhana seperti galaktosa atau glukosa. Akan tetapi istilah istilah
glikolipid biasanya dipakai untuk lipid yang mengandung satuan gula tetapi
tidak mengandung fosfor.Glikolipid dapat diturunkan dari gliserol atau
pingosine dan sering dimakan gliserida atau sebagai spingolipida
b.
Protein
Protein
dalam membran merupakan kunci untuk fungsi membran secara keseluruhan. Protein
berguna terutama dalam transportasi bahan kimia dan sistem informasi di seluruh
membran. Setiap membran memiliki kandungan protein yang berbeda-beda. Protein
bisa dalam bentuk perifer atau integral. Jumlah protein berbeda pada tiap
spesies dan bergantung pada fungsinya bagi spesies tersebut. Terdapat 4
kelompok protein:
1) Protein peripheral
Dapat
ditemukan baik di dalam ataupun di luar permukaan membran yang membentuk ikatan
nonkovalen dengan permukaan membrane.
2)
Protein integral
Dapat
ditemukan di antara membran dan memiliki daerah hidrofobik yang menempel di
antara membran serta daerah hidrofilik yang menonjol dari dua permukaan
bilayer. berfungsi untuk memasukkan zat-zat yang ukurannya lebih besar.
3)
Protein transmembran
Protein
ini terintegrasi pada lapisan lipid dan menembus 2 lapisan lipid /
transmembran. Bersifat amfipatik, mempunyai sekuen helix protein, hidrofobik,
menembus lapisan lipida, dan untaian asam amino hidrofilik. Banyak diantaranya
merupakan glikoprotein, gugus gula pada sebelah luar sel. Di sintesis di RE,
gula dimodifikasi di badan golgi.
4)
Protein yang berikatan dengan lipid
Dapat
ditemukan di luar membran lipid pada ekstraseluler atau sitoplasmik. Protein plasma memiliki
fungsi antara lain sebagai berikut:
a.
Protein pembawa (carrier) senyawa yang melewati membran plasma,
b.
Menerima isyarat (signal) hormonal,
c.
Meneruskan isyarat tersebut ke bagian sel sendiri atau ke sel lainnya,
d.
Sebagai pangkal pengikat komponen-komponen sitoskeleton dengan
senyawa-senyawa
ekstraseluler.
![](file:///C:\Users\MASTER\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image017.gif)
![](file:///C:\Users\MASTER\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image019.gif)
![](file:///C:\Users\MASTER\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image021.gif)
![](file:///C:\Users\MASTER\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image023.gif)
![](file:///C:\Users\MASTER\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image025.gif)
![](file:///C:\Users\MASTER\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image027.gif)
![](file:///C:\Users\MASTER\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image029.gif)
![](file:///C:\Users\MASTER\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image031.gif)
Gambar 4. Protein Membran (Dalle,1983:3)
c.
Karbohidrat
Karbohidrat
pada membrane sel terdapat dalam bentuk yang berikatan dengan lipid atau
protein (glikolipid dan glikoprotein). Selain itu juga terdapat pada permukaan
sel dan berfungsi dalam interaksi sel dan sekitarnya. Pada sel epitel
glikolipid terdapat pada permukaan apical yang terpapar dan berfunsi untuk
melindungi dari pH rendah dan degradasi enzim.Karbohidrat pada membran plasma
terikat pada protein atau lipida dalam bentuk glikolipida dan glikoprotein. Pada
membran plasma terkandung 2 – 10% karbohidrat. Karbohidrat dalam lemak
berfungsi untuk meningkatkan hidrofisilitas lemak dan protein. Peran penting
karbohidrat dalam berbagai aktivitas sel :
1)
Sistim kekebalan
Karbohidrat
pada Molekul karbohidrat bertanggung jawab terhadap kekhasan sifat antigenis
membran sel. Sifat antigenis ini berkaitan dengan sistem kekebalan (imun) tubuh
dan kemampuannya membedakan sel sendiri dari sel asing. Sel asing dapat
dikenali sebagai sel asing, karena glikoprotein pembentuk membrannya memiliki
karbohidrat yang berbeda dengan karbohidrat glikoprotein pembentuk membran sel
penerima. Keadaan seperti ini memacu tanggapan kekebalan.
2)
Pengenalan sel
Karbohidrat
mampu membedakan sel yang satu dengan sel lainnya. Penting pada perkembangan jaringan
dan organ, Dasar pada penolakan sel asing oleh sistem imun.
![](file:///C:\Users\MASTER\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image033.gif)
![](file:///C:\Users\MASTER\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image035.gif)
![](file:///C:\Users\MASTER\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image037.gif)
![](file:///C:\Users\MASTER\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image039.gif)
![](file:///C:\Users\MASTER\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image041.gif)
![](file:///C:\Users\MASTER\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image043.gif)
Gambar 5.Struktur Karbohidrat
(Dalle,1983:4).
4.
Kerangka Membran
Kerangka
membran atau disebut juga sitoskeleton mempunyai tiga macam jenis yaitu mikrotubulus,
mikrofilamen, dan filamen intermediet (Dhiyas,2012:1).
a. Mikrofilamen
(Filamen aktin)
Bersifat
fleksibel, filamen aktin biasanya berbentuk jarring atau gel. Aktin berfungsi
membentuk permukaan membran.
b. Mikrotubula
Mikrotubula
atau mikrotubulus adalah tabung yang disusun dari mikrotubulin.
c. Filamen
Intermediet
Berbentuk
serat mirip tali, filamen intermediet member kekuatan mekanis pada membran sel
.
5.
Fungsi Membran Sel
Anonim
(2010:1) menjelaskan fungsi dari membran sel sebagai berikut:
a.
Kompertemenisasi
Membran
sel merupakan selaput berkelanjutan dan tidak putus yang membatasi dan
menyelubungi suatu ruangan (kopertemen). Membran sel menyelubungi isi seluruh
sel, selain itu ada juga membrane yang membatasi nukleus dan ruang-ruang di
sitoplasma. Ini kita ibaratkan sebagai ruang-ruang yang ada di dalam gedung.
ruang-ruang tersubut perlu di batasi oleh partisi atau tembok. Sehingga
kegiatan di masingmasing di satu ruangan dengan ruang yang lain. Di dalam sel
kompertemenisasi mutlak perlu ada, karena ruang-ruang di dalam sel berisi
cairan dan adanya percampuran cairan dari ruang-ruang tersebut merupakan
malapetaka bagi sel tersebut.
b. Interaksi
Antar Sel
Pada
organisme bersel banyak, membran sel bertanggung jawab terhadap interksi antara
sel satu dengan yang lainnya. Alat tubuh pada umumnya terdiri dari macam sel
yang berbeda yang harus bekerja sama untuk melaksanakan fungsi keseluruhan.
Membran sel menyilahkan sel untuk saling mengenal kemudian saling bertukar
substansi dan informasi dengan tidak memandang apakah sel sudah terpakai di
tempat tertentu, seperti dari jaringan.
c. Perubahan
Energi
Perubahan
satu bentuk energi menjadi bentuk energi lain merupakan hal yang sangat penting dalam
proses hidup, dan membran sel sangat terlibat dalam proses ini. Hal yang sangat
mandasar bagi semua kehidupan adalah kemampuan sel tumbuh-tumbuhan untuk
mengubah energi cahaya matahari menjadi energi kimia yang terkandung dalam
karbohidrat. Sel hewan maupun tumbuh-tumbuhan juga mampu untuk mengubah energi
kimia dari karbohidrat tersebut manjadi ATP atau senyawa lain berenergi tinggi.
Proses pengikatan energi ini terjadi di dalam mambran dari mitokondria dan
kloroplas. Energi cahaya, termal, makanikal diubah oloeh reseptor dari sistem
saraf menjadi implus saraf yang merupakan cara kumunikasi dalam sistem saraf
tersebut. Meskipun mekanisme pengubahan ini belum diketahui secara pasti, namun
demikian membran sangat terlibat dalam proses ini.
d.
Transfer Informasi
Membran
mempunyai peranan mentransfer informasi dari satu sel ke sel yang lain. Di
dalam membran teradapt reseptor yang mampu mengkombinasi dengan mulekul
tertentu dengan bentuk yang sesuai, seperti yang selalu berkombinasi dengan
suatu subtrat yang sesuai. Sel yang berbeda mempunyai membran yang memiliki
reseptor yang juga berbeda, sehingga bermacam-macan reseptor akan berkombinasi
dengan bermacam-macam “ligand”. Ligand adalah molekul atau ion yang dapat
berkombinasidengan reseptor yang terdapat dalam membran. Ligand yang paling
banyak dipelajari adalah hormon, faktor tumbuhdan neurotrasmitter, semuanya
terikat pada membran sel tampa menembusnya. Interaksi antara reseptor yang
terdapat di membran sel dengan ligand yang terdapat di luar sel dapat menimbulkan
stimulus baru yang terlibat dalam pengaturan bermacam-macam kejadian dalam sel.
e.
Penyediaan Enzim
Banyak
yang terdapat di dalam sel merupakan bagian dari membran. Contoh dapat
dikemukakan di sini bahwah “Na-Kactivated ATPase yang berkaitan dengan pompa
sodium dan kalium terdapat di dalam membran sel . enzim sitokrom yang terlibat
dalam respirasi merupakan bagian dari membran dari mitokondria. Sebaliknya
enzim monoamin oksidase yang menyebabkan katekolamin tidak aktif hanya terdapat
di bagian luar membran mitokondria. Sejumlah protein dan glikoprotein banyak
terdapat di dalam membran sel, bertindak sebagai reseptor dari hormon dan benda
penolak atau terlibat dalam pengangkutan substansi ke dalam sel. Ditempatkannya
enzim di dalam membran sel mempunyai beberapa tujuan. Pada proses fosforilasi
oksidatif yang terjadi di mitokondria, transpor elektron yang paling efisien
tercapai apabila enzim berada saling berdekatan. Bagian dalam membran
menyediakan bantuan fisik dan orientasi yang diperlukan. Protein dalam membran
yang bertindak sebagai tempat pengikat bagi bermacam-macam ion, asam aminon dan
gula dikenal sebagai “carrier” dipandang sebagai mekanisme dalam proses dalam
trnspor aktif. Sistem enzim dalam membran pada umumnya disebut adenilsiklase
yang terdapat pada hampir semua jaringan mamalia kecuali sel darah merah.
Aktivasi terhadap adenilsiklase menimbulkan perubahan ATP menjadi adenosin
monofosfat siklik (cAMP) didalam sel. Meningkatnya jumlah cAMP didalam sel
selanjutnya membawa pengaruh terhadap respons fisiologik dari sel,
misalnya:sistem enzim menjadi aktif, terjadi perubahan permeabilitas membran
terhadap substansi tertentu, terjadi sintesa atau sekresi hormon, sintesa
protein.
f.
Membran Sel Sebagai Perantara
Membran
sel merupakan perantara bagi keluar masuknya zat terlarut. Kemampuan membran
plasma meluluskan substansi tertentu masuk ke atau keluar dari sel, tetapi
membatasi pergerakan substansi tertentu disebut permeabilitas selektif. Suatu
membran dikatakan permeabel terhadap suatu substansi tersebut. Permeabilitas
membrane plasma tergantung dari :
1)
Ukuran Sel
Molekul
berukuran besar tidak dapat menembus membrane plasma. Molekul air dan asam
amino berukuran kecil dengan mudah dapat menembus membran plasma, tetapi
kebanyakan protein yang merupakan gabungan dari banyak asam amino tergolong
molekul besar dan tidak dapat menembus membran plasma.
2)
Kelarutan Dalam Lemak
Substansi
yang larut dalam menembus membran plasma dengan lebih mudah dibandingkan dengan
substansi lain. Hal inimsebabkan karena membran plasma terdiri lapisan lemak.
Contoh substansi yanglarut dalam lemak : O2, CO2 dan hormon steroid.
3)
Muatan Ion
Muatan
ion yang akan menumbus membran plasma sangat menentukan susah mudahnya ion
tersebut masuk ke atau keluar dari sel. Zat yang mempunyai muatan berlawanan
dengan muatan membrane plasma akan di tarik ke arah membran plasma sehingga
lebih muda menembus membran plasma,tetapi bila ion mempunyai muatan sama dengan
muatan membran plasma akan di tolak oleh membran plasma dan pergerakan ion
menembus mambran plasma sangat terbatas. Gejala ini seuai dengan hukum fisika
yang menyatakan bahwa dua muatan yang sama akan saling tolak menolak dan dua
muatan yang berbeda saling tarik menarik.
4) Ada atau
Tidak Adanya Mulekul Pengangkut
Beberapa
protein yang disebut “carrier” maupun untuk mengikat dan mengangkut substansi
melintasi membran plasma.
g. Pergerakam Substansi Melintasi Membran
Mekanisme
bagaimana suatu substansi bergerak menembus membran sel adalah sangat penting
bagi hidup matinya sel. Substansi tertentu misalnya harus bergerak masuk ke
dalam seluntuk menyokong agar sel itu hidup, namun sebaliknya zat-zat buangan
yang di hasilkan oleh metabolisme sel harus di keluarkan dari dalam sel untuk
selanjutnya di buang keluar tubuh. Pergerakan substansi dapat dilakukan dengan
cara pasif maupun aktif. Anonim (2011:1) berpendapat tentang trasport aktif dan
transport pasif sebagai berikut:
1)
Transpor pasif
Transpor
pasif merupakan suatu perpindahan molekul menuruni gradien konsentrasinya.
Transpor pasif ini bersifat spontan. Difusi, osmosis, dan difusi terfasilitasi
merupakan contoh dari transport pasif. Difusi terjadi akibat gerak termal yang
meningkatkan entropi atau ketidakteraturan sehingga menyebabkan campuran yang
lebih acak. Difusi akan berlanjut selama respirasi seluler yang mengonsumsi O2
masuk. Osmosis merupakan difusi pelarut melintasi membran selektif yang arah
perpindahannya ditentukan oleh beda konsentrasi zat terlarut total (dari
hipotonis ke hipertonis). Difusi terfasilitasi juga masih dianggap ke dalam
transpor pasif karena zat terlarut berpindah menurut gradien konsentrasinya.
Contoh molekul yang berpindah dengan transpor pasif ialah air dan glukosa.
Transpor pasif air dilakukan lipid bilayer dan transport Pasif glukosa terfasilitasi transporter. Ion
polar berdifusi dengan bantuan protein transpor.
2)
Transpor aktif
Transpor
aktif merupakan Transpor aktif merupakan faktor utama yang menentukan kemampuan
suatu sel untuk mempertahankan konsentrasi internal molekul kecil yang berbeda
dari konsentrasi lingkungannya. Oleh karena itu, ia memerlukan tenaga (yang
terdiri daripada Adenosine Trifosfat atau ‘ATP’) untuk menggerakkan bahan-bahan
melalui membran plasma. Umumnya, bahan-bahan ini terdiri daripada
molekulmolekul berukuran besar seperti protein-protein tertentu dan
mikroorganisme. Bahan-bahan ini bergerak melintasi membran sel melalui salah
satu dari 2 bentuk utama transpor aktif,yaitu endositosis, atau eksositosis.
Transpor aktif merupakan pemompaan zat terlarut melawan gradiennya.Disamping
membantu protein transpor, difusi yang dipermudah masih dianggap transpor pasif
karena zat terlarutnya berpindah menuruni gradien konsentrasinya.Definisi
transport aktif, pertama kali dicetuskan oleh Rosenberg sebagai sebuah proses
yang menyebabkan perpindahan suatu substansi dari sebuah area yang mempunyai
potensial elektrokimiawi lebih rendah menuju ke tempat dengan potensial yang
lebih tinggi. Proses tersebut dikatakan, memerlukan asupan energi dan suatu
mekanisme kopling agar dapat digunakan demi menjalankan proses perpindahan
substansi. Transpor aktif merupakan faktor utama yang menentukan kemampuan
suatu sel untuk mempertahankan konsentrasi internal molekul kecil yang berbeda
dari konsentrasi lingkungannya. Oleh karena itu, ia memerlukan tenaga (yang
terdiri daripada Adenosine Trifosfat atau ‘ATP’) untuk menggerakkan bahan-bahan
melalui membran plasma. Umumnya, bahan-bahan ini terdiri daripada
molekulmolekul berukuran besar seperti protein-protein tertentu dan
mikroorganisme. Bahan-bahan ini bergerak melintasi membran sel melalui salah satu dari
2 bentuk utama transpor aktif,yaitu endositosis, atau eksositosis.
Transpor
aktif merupakan pemompaan zat terlarut melawan gradiennya.Disamping membantu
protein transpor, difusi yang dipermudah masih dianggap transpor pasif karena
zat terlarutnya berpindah menuruni gradien konsentrasinya.Definisi transport
aktif, pertama kali dicetuskan oleh Rosenberg sebagai sebuah proses yang
menyebabkan perpindahan suatu substansi dari sebuah area yang mempunyai
potensial elektrokimiawi lebih rendah menuju ke tempat dengan potensial yang
lebih tinggi. Proses tersebut dikatakan, memerlukan asupan energi dan suatu
mekanisme kopling agar dapat digunakan demi menjalankan proses perpindahan
substansi.
![](file:///C:\Users\MASTER\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image045.gif)
Gambar 6 .Transport
aktif dan pasif (anonim A, 2011: 2)
Selain transport aktif
dan transpor pasif kartolo (2007) manambahkan bahwa ;
3)
Fagositisis
Proses
aktif lain dimana sel memasukan substansi melintasi membran disebut fagositosis
atau disebut juga makan sel. Pada proses ini uluran sitoplasma yang disebut
psedopodia mendekap (melingkari) partikel padat disebelah luar sel. Sekali
partikel dilingkari, membrane melekuk kedalam, membentuk kantung yang berisi
partikel tersebut. Kantung yang terbentuk ini disebut vakuola fagositik yng
kemudian memisahkan diri dari membran sel. Pada waktu bersamaan terjadi
pencernaan partikel yang terdapat di dalam vakuola fagositik. Partikel yang
tidak tercerna dan zat ampas hasil metabolisme sel di singkirkan dari dalam sel
dengan fagositik terbalik.
4)
Pinositosis
Pada
pinositosis atau dikenal juga sebagai minum sel, substansi yang di dekap lebih
merupakan larutan dari pada partikel padat . disini tidak nampak ada uluran
sitoplasma sehingga caranya adalah dengan menarik larutan ke permukaan membran,
dan membrane melekukkearah dalam dan melingkari larutan dan akhirnya terpisah
dari membran. Hanya beberapa sel saja yang melakukan fagositosis, sedangkan
kebanyakan sel lainnya melakukan pinositosis. Pergerakan substrat ke dalam sel
dengan cara fagositosis atau pinisitosis disebut endositosis, langkah
pergerakan substansi kearah luar sel disebut eksositosis.
6. Model
Mosaic Cairan
Berdasarkan model mosaic cairan,
struktur membran sel memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Tersusun dari lipid dengan karakteristik sebagai berikut :
1) Merupakan lapisan ganda bersifat
cair sehingga mudah bergerak ke berbagai arah
(horizontal, vertikal, ataupun rotasi).
2) Merupakan senyawa amfipatik yaitu
bersifat hidrofilik pada satu bagian dan bersifat hidrofobik pada bagian
lainnya.
3)
Dikelompokkan menjadi 4 kelas yaitu posfolipid (bersifat hidrofilik),
glikolipid, spingolipid, dan sterol.
b.
Tersusun dari protein dengan karakteristik sebagai berikut :
1)
Menyebar secara tidak merata sehingga membentuk mosaic.
2)
Terdiri dari dua jenis yaitu perotein integral dan protein perifer.
· Protein integral atau intrinsik
bersifat hidrofobik dan menembus dua lapis lipid (terbenam di tengah lapisan
ganda lipid).
· Protein perifer atau ekstrinsik
bersifat hidrofilik, menyebabkan terjadinya gaya elektrostatik dari kepala
polar pada lapisan lipid.
3) Pergerakan protein dibatasai oleh
gaya tarik menarik di antara molekul protein.
c.
Tersusun dari karbohidrat dengan karakteristik sebagai berikut :
1) Terdiri dari dua jenis yaitu
oligosakarida dan polisakarida.
2) Oligosakarida berikatan dengan
lipid membentuk glikolipid.
3) Polisakarida berikatan dengan
protein membentuk glikoprotein.
d.
Antar molekul lipid maupun antara molekul lipid dengan protein tidak disatukan
oleh ikatan kovalen
e.
Struktur membran distabilkan oleh adanya
kolesterol pada membran.
f.
Membran sel bersifat semipermeabel yaitu dapat dilalui oleh molekul air dan gas
yang larut di dalamnya.
g.
Bersifat selektifpermiabel yaitu hanya
dapat dilalui oleh ion-ion tertentu.
h.
Bersifat dialisis sehingga mampu memisahkan molekul yang berukuran besar dan
kecil. Molekul berukuran kecil seperti glukosa dapat melewati membran sedangkan
molekul berukuran besar seperti protein tidak dapat melewati membran.
i. Transportasi Molekul Melalui Membran
Peristiwa
pertukaran zat atau masuknya zat ke dalam sel melalui membran terdiri dari
beberapa jenis yaitu :
a. Difusi
Difusi adalah peristiwa perpindahan
zat dari konsentrasi tinggi (hipertonis) ke konsentrasi rendah (hipotonis).
b. Osmosis
Osmosis merupakan peristiwa perpindahan
molekul zat pelarut dari konsentrasi rendah (hipotonis) ke konsentrasi tinggi
(hipertonis). Peristiwa osmosis dapat berlangsung melalui bagian membran sel
yang bersifat semipermiabel.
1) Transpor
aktif
Transpor aktif adalah proses
pengangkutan zat berupa glukosa dan asam amino yang dilakukan oleh sel.
Transpor aktif memerlukan energi ATP untuk melewati membran semipermeabel.
a) Endositosis
Endositosis merupakan peristiwa
masuknya suatu zat ke dalam sel akibat terjadi lekukan pada membran sel
sehingga mengakibatkan suatu zat terjebak di dalamnya. Endositosis terdiri dari
dua jenis yaitu fagositosis (masuknya zat padat ke dalam sel) dan pinositosis
(masuknya zat cair ke dalam sel).
b) Eksositosis
Eksositosis merupakan kebalikan dari
endositosis yaitu peristiwa keluarnya suatu zat yang terbungkus oleh membran
sel.
C. ORGANEL-ORGANEL PADA SEL TUMBUHAN
1.
Mitokondria
Mitokondria adalah tempat di mana fungsi
respirasi pada makhluk hidup berlangsung. Respirasi merupakan proses perombakan
atau katabolisme untuk menghasilkan energi atau tenaga bagi berlangsungnya
proses hidup. Dengan demikian, mitokondria adalah pembangkit tenaga bagi sel.
Mitokondria banyak terdapat pada sel yang memilki aktivitas metabolisme tinggi
dan memerlukan banyak ATP dalam jumlah banyak, misalnya sel otot jantung.
Jumlah dan bentuk mitokondria bisa berbeda-beda untuk setiap sel.
![](file:///C:\Users\MASTER\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image047.gif)
![](file:///C:\Users\MASTER\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image049.gif)
![](file:///C:\Users\MASTER\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image051.gif)
![](file:///C:\Users\MASTER\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image053.gif)
![](file:///C:\Users\MASTER\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image055.gif)
Struktur mitokondria terdiri dari empat
bagian utama, yaitu membran luar, membran dalam, ruang antar membran, dan
matriks yang terletak di bagian dalam membran [Cooper, 2000]. Membran luar
terdiri dari protein dan lipid dengan perbandingan yang sama serta mengandung
protein porin yang menyebabkan membran ini bersifat permeabel terhadap
molekul-molekul kecil yang berukuran 6000 Dalton. Dalam hal ini, membran luar
mitokondria menyerupai membran luar bakteri gram-negatif. Selain itu, membran
luar juga mengandung enzim yang terlibat dalam biosintesis lipid dan enzim yang
berperan dalam proses transpor lipid ke matriks untuk menjalani oksidasi
menghasilkan Asetil KoA. Membran dalam yang kurang permeabel dibandingkan
membran luar terdiri dari 20% lipid dan 80% protein. Membran ini merupakan
tempat utama pembentukan ATP. Luas permukaan ini meningkat sangat tinggi
diakibatkan banyaknya lipatan yang menonjol ke dalam matriks, disebut krista
[Lodish, 2001]. Stuktur krista ini meningkatkan luas permukaan membran dalam
sehingga meningkatkan kemampuannya dalam memproduksi ATP. Membran dalam
mengandung protein yang terlibat dalam reaksi fosforilasi oksidatif, ATP
sintase yang berfungsi membentuk ATP pada matriks mitokondria, serta protein
transpor yang mengatur keluar masuknya metabolit dari matriks melewati membran
dalam. Ruang antar membran yang terletak diantara membran luar dan membran
dalam merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi yang penting bagi sel,
seperti siklus Krebs, reaksi oksidasi asam amino, dan reaksi oksidasi asam
lemak. Di dalam matriks mitokondria juga terdapat materi genetik, yang dikenal
dengan DNA mitkondria (mtDNA), ribosom, ATP, ADP, fosfat inorganik serta
ion-ion seperti magnesium, kalsium dan kalium.
2.
Badan Golgi
Badan Golgi adalah sebutan terhadap kantong-kantong khas yang terdapat hampir di
semua sel eukariotik. Nama ini diberikan pertama kali oleh seorang sitologiawan
Italia bernama Camillo Golgi, yang pertama-tama menjelaskan organel ini pada
akhir abad sembilan belas. (Salisbury dan Ross, 1995).
Badan Golgi terbentuk oleh susunan lempengan
kantong-kantong yang khas dikelilingi membran. Lempengan kantong ini disebut sisterna.
Dalam sel tumbuhan, badan Golgi terdiri atas susunan dari beberapa sisterna.
Pada penghujung kantong terdapat kantong-kantong bulat kecil atau vesikula yang
menempel dan yang seolah-olah terjentik dari ujung kantong yang berukuran lebih
besar (Sheeler and Bianchi, 1987). Organel ini terdapat hampir di semua sel
eukariotik. Badan Golgi pada tumbuhan biasanya disebut diktiosom.
Sisterna yang sedang tumbuh berada pada
posisi terbawah dengan pinggiran kantong yang mulai menggelembung disebut
sebagai permukaan cis badan Golgi. Sisterna yang sudah melalui pertumbuhan
dengan pinggiran kantong yang menggelembung lebih besar berada pada posisi
teratas yang disebut permukaan trans. Sisterna yang berada diantara permukaan
cis dan trans merupakan kantong-kantong yang sedang tumbuh dan bergerak hingga
mencapai permukaan trans. Bentuk badan Golgi dalam proyeksi tiga dimensi dapat
dilihat pada Gambar.
![Description: http://desyliapu3.files.wordpress.com/2010/01/golgifigure1.jpg?w=300&h=231](file:///C:\Users\MASTER\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image057.jpg)
Badan Golgi sebagai organel sel eukariotik
mempunyai fungsi yang beragam, antara lain 1) mengemas bahan-bahan sekresi yang
akan dibebas-kan dari sel, 2) memproses protein-protein yang telah disintesa
oleh ribosom dari retikulum endoplasma, 3) mensintesa polisakarida tertentu dan
glycolipids, 4) memilih protein untuk berbagai lokasi di dalam sel, 5)
memperbanyak elemen membran yang baru bagi membran plasma, dan 6) memproses
kembali komponen-komponen membran plasma yang telah memasuki sitosol selama
endositosis. Badan Golgi berperan dalam banyak proses selular yang berbeda
tetapi yang utama adalah dalam hal sekresi (Sheeler and Bianchi, 1987).
Badan Golgi menerima produk sel tertentu dari
RE dan membawa produk ini ke dalam vesikula sekretori yang akan meneruskan
lintasannya menuju ke bagian luar membran plasma sel, dan berdiffusi dengan
membran. Bagian ini dapat terbuka untuk membebaskan isi vesikula keluar. Proses
ini disebut eksositosis (Lehninger, 1993).
Protein yang disintesis oleh RE dipindahkan
ke dalam badan Golgi. Disini karbohidrat tambahan dapat dibubuhkan kepadanya.
Protein-protein ini terkumpul di dalam vesikula tadi sampai penuh.
Vesikula-vesikula ini dapat berpindah ke permukaan sel dan mengeluarkan isinya
ke bagian luar. Vesikula-vesikula berprotein yang lain pada badan Golgi dapat
disimpan di dalam sel sebagai lisosom (Kimbal, 1983).
Pemrosesan protein dimulai pada RE dan
dilanjutkan di dalam sisterna badan Golgi. Protein ditransfer ke bagian cis
diktiosom. Semua glycoprotein dari RE yang sampai pada cis badan Golgi memiliki
cincin oligosakarida. Sebelum melewati satu sisterna Golgi ke sisterna
berikutnya, protein akan mengalami pemrosesan. Misalnya di dalam sisterna cis,
kelompok fospat ditambahkan pada akhir cincin oligosakarida dari protein untuk
lisosom, sekresi protein dan protein untuk membran plasma yang akan menjalani
pengolahan ekstensif (Sheeler and Bianchi, 1987).
Di samping peranannya di dalam sekresi, badan
Golgi berperan dalam mempersiapkan elemen-elemen membran untuk organel seperti
lisosom dan membran plasma. Protein yang ditujukan sebagai komponen membran
lisosom atau membran plasma ditambatkan pada membran RE. Pada saat sintesis,
protein kemungkinan bergerak dari RE ke bagian cis, dan dari bagian cis melalui
sisterna medial ke bagian trans sebagai komponen membran. Membran dari pembuluh
ini keluar dari permukaan trans yang mengandung protein. Pembuluh ini
mengandung protein sekresi yang digabungkan dengan membran plasma dan
mengosongkan isinya diluar sel (Sheeler and Bianchi, 1987). Gambaran proses ini
disajikan pada gambar berikut.
![](file:///C:\Users\MASTER\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image059.jpg)
Beberapa vesikula yang berada di dekat
membran plasma yang bersebelahan dengan dinding sel, melebur antara vesikula
dengan membran plasma hingga menambah luas permukaan membran sewaktu sel tumbuh
(Salisbury and Ross, 1995).
Badan Golgi juga bertindak memilih protein.
Protein yang ditujukan untuk granular sekresi, lisosom dan membran plasma
dikirimkan ke cis dari diktiosom sepanjang adanya kelebihan protein membran RE.
Protein RE diyakini kembali ke retikulum endoplasma oleh pembuluh kecil yang
dibebaskan dari cis sisterna Rothman (Dalam Sheeler and Bianchi, 1987)
menyatakan bahwa diktiosom terdiri dari tiga kompartemen, yaitu kompartemen
cis, kompartemen medial dan kompartemen trans. Kompartemen cis menyortir dan
melepaskan protein RE serta menambahkan phosfat pada terminal gula dari protein
lisosom. Kompartemen medial (bagian tengah sisterna) adalah tempat dimana
N-acetyglucosamine ditambahkan. Penambahan galaktosa terminal dan asam
N-acetylneuraminik terjadi dalam kompartemen trans dan juga di mana berbagai
protein akan diurutkan berdasarkan tujuan akhir.
Peranan lainnya dari badan Golgi selain
mempersiapkan elemen-elemen membran plasma yang baru, juga terlibat dalam
pemrosesan kembali membran plasma yang memasuki sitosol selama endositosis.
Komponen-komponen membran yang memasuki badan
Golgi menyusul endositosis dapat diproses dan digunakan kembali dalam sekresi,
dan pada pembentukan lisosom atau perbaikan membran plasma itu sendiri (Sheeler
and Bianchi, 1987).
3.
Retikulum Endoplasma
Retikulum endoplasma (RE) adalah organel yang
dapat ditemukan di seluruh sel eukariotik. Retikulum endoplasma memiliki
struktur yang menyerupai kantung berlapis-lapis. Kantung ini disebut cisternae.
Retikulum endoplasma terbagi
menjadi dua berdasarkan ada tidaknya butir butir ribosom pada permukaannya yaitu retikulum endoplasma
kasar yang mempunyai ribosom pada permukaannya dan retikulum endoplasma halus
yang tidak memiliki.
a. Retikulum Endoplasma Kasar
Retikulum endoplasma kasar pada permukaan luarnya
dapat ditemukan butir butir ribosom. Ribosom ini menempel pada retikulum
endoplasma kasar seperti juga ribosom bebas, tersusun dalam kelompok kelompok
yang kadang-kadang terlihat seperti lukisan yang melingkar lingkar. ribosom
berhubungan dengan molekul RNA. Sub unit besar dari ribosom menempel pada
membran vesikel Retikulum endoplasma sedang subunit kecil bebas. Hasil
sintesis protein sebagai benang polipeptida akan disimpan dalam ruangan
retikulum endoplasma melalui lubang lubang yang terdapat pada membran retikulum
endoplasma.
Struktur membran retikulum endoplasma pada dasarnya tidak berbeda dengan
struktur membran sel, yaitu terdiri dari dua lapisan lipid.
Pada saatnya nanti kandungan protein sebagai hasil sintesis akan diangkut ke dalam kompleks golgi, dengan cara melepaskan dalam gelembung gelembung kecil (mikrovesikel). Mikrovesikel tersebut sudah tidak memiliki butir butir ribosom pada permukaan luarnya.
Retikulum endoplasma kasar banyak ditemukan dalam sel sel kelenjar, terutama pada sel kelenjar yang sedang aktif mensintesis sekretnya; pada pewarnaan tampak basofil karena banyaknya retikulum endoplasma kasar. Masing masing ruangan mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda pada retikulum endoplasma kasar, yang kemudian dapat dibedakan tiga jenis
1)
Sisterna,
ruangan pada retikulum endoplasma yang berbentuk ruangan gepeng, yang
kadang-kadang tersusun berlapis lapis dan saling berhubungan.
2)
Tubuler,
berbentuk sebagai pipa pipa kecil yang saling berhubungan.
3)
Vesikuler,
ruangan pada retikulum endoplasma yang berbentuk seperti gelembung gelembung
kecil berlapis.
b.
Retikulum Endoplasma Halus
Jumlah
retikulum plasma halus dalam sebuah sel sangat bergantung pada tipe atau jenis
sel bersangkutan. Sehingga hanya pada jenis sel tertentu saja retikulum
endoplasma halus ini tampak sangat menonjol.
Retikulum plasma halus dapat dideteksi dengan mikroskop elektron. Diduga
bahwa antara dua jenis retikulum endoplasma terdapat hubungan erat dengan
melepaskan ribosomnya, retikulum endoplasma kasar dapat diubah menjadi
retikulum endoplasma halus.
Fungsi
retikulum endoplasma ini bermacam-macam yaitu tergantung pada tugas sel yang
bersangkutan. Yang jelas ada hubungan dengan sintesis protein, melainkan
memiliki hubungan dengan metabolisme atau pemisahan zat-zat tertentu, misalnya
:
a.
Sintesis lipid, kolesterol, dan hormon steroid serta metabolisme lipid
b.
Detoksifikasi obat-obatan dalam hepar
c.
Pembentukan glikogen dalam sel-sel hepar dan otot seranlintang (otot
lurik)
d.
Metabolisme mineral
e.
Transportasi lipid pada sel-sel epitel usus
Fungsi retikulum endoplasma halus dalam pembentukan
fosfolipid untuk membran
Sebelumnya pada bagian membran sel telah dijelaskan bahwa
pada membran sel terdapat protein , hal yang sama terjadi pada organel-organel
sel bermembran lainnya termasuk retikulum endoplasma. Protein tersebut
merupakan enzim yang diperlukan untuk biosintesis lipid. Fosfolipid dan
kolesterol yang merupakan kerangka dasar membran sel disintesis pada membran
retikulum endoplasma halus, kecuali untuk asam emak dan fosfolipid mitokondria.
Fosfolipid utama yang terdapat dalam retikulum endoplasma adalah
fosfatidilkolin yang juga disebut lesitin. Sintesis lesitin ini sendiri melalui
tiga tahapan dari dua asam lemak dengan gliserol fosfat dan tiap tahapannya
membutuhkan enzim sebagai katalisator.
Fungsi sesungguhnya dari retikulum endoplasma halusa
adalah sebagai pabrik penghasil membran. Oleh karena itu, selain sintesis
molekul lipid juga mensintesis protein dalam membran tersbut.
4.
Plastida
Plastida
ditemukan di dalam sel tumbuhan. Sel binatang tidak memiliki plastida. Secara
umum, plastida merupakan organela yang dikelilingi membran yang menyimpan
sesuatu. Terdapat 2 plastida yaitu kromatofor dan leukoplas.
a.
Kromatofor
Kromatofor
dibagi menjadi 2 yaitu kloroplas dan kromoplas.
1. Kloroplas.
![](file:///C:\Users\MASTER\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image067.gif)
Gambar
Struktur tilakoid yang menyususn kloroplas
Kloroplas
mengandung pigmen, termasuk klorofil, dan enzim-enzim yang diperlukan untuk
fotosintesis, suatu proses di mana energi cahaya dikonversi menjadi energi
kimia, yang digunakan untuk menghasilkan molekul (bahan bakar) karbohidrat.
Kloroplas ditemukan pada tanaman dan beberapa protista. Kloroplas ini tidak
ditemukan pada organism heterotrof. Beberapa bakteri mempunyai klorofil dan
dapat melakukan fotosintesis, tetapi tidak mempunyai kloroplas yang dibatasi membran.
Beberapa bakteri juga mempunyai pigmen fotosintetik selain klorofil.
Struktur Kloroplas yang Khas
Kloroplas tumbuhan adalah suatu organela yang
dibatasi membran lapis ganda, dengan sebuah kompartemen dalam yang mengandung
membran yang lebih banyak. Membran dalam dan luar adalah halus dan berbentuk
oval pada tumbuhan tinggi.
Di dalam kloroplas terdapat sistem bermembran lain
dalam bentuk kantong-kantong pipih yang saling berhubungan disebut tilakoid. Di
beberapa wilayah, tilakoid ditumpuk seperti koin permainan poker, masing-masing
tumpukan disebut grana.
Cairan di luar tilakoid disebut stroma, yang mengandung DNA
kloroplas dan ribososm, serta banyak enzim. Membran kloroplas membagi ruang
kloroplas menjadi tiga kompartement : ruang antarmembran, stroma, dan ruang
tilakoid.
fungsi
kloroplas berhubungan dengan fotosintesis. Tilakoid yang terdiri dari sistem
foto, klorofil dan pigmen aksesori yang menyerap cahaya yang dihasilkan dalam
transfer elektron untuk membentuk faktor co yang kompleks seperti NADP (Nikotin
Amida dinukleotida fosfat) dan ATP (Adenosin trifosfat) yang menyediakan
molekul energi. Hal ini diikuti dengan reaksi gelap dimana fiksasi karbon dan
pembentukan karbohidrat berlangsung menggunakan ATP dan NADP. Reaksi ini
terjadi dalam stroma dan disebut sebagai siklus Calvin.
2.
Kromoplas
Kromoplas artinya plastida yang terpigmentasi.
Menyimpan pigmen tumbuhan (khususnya karoteniod
kuning, oranye dan merah) yang tidak larut pada air, dan tidak terlibat di
dalam fotosintesis.
Kromoplas melimpah pada region yang terpigmentasi
oranye, emas, dan merah tua dari suatu tumbuhan
![](file:///C:\Users\MASTER\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image069.gif)
Gambar Suatu kromoplas dan amiloplas
b.
Leukoplas
Leukoplas
dibagi menjadi 3 yaitu :
1.
Amiloplas
Amiloplas menyimpan pati, yang tidak terpigmentasi
(terdapat istilah umum, yaitu leukoplas, yang artinya plastida yang tidak
terpigmentasi, tetapi bukan sebagai istilah untuk amiloplas, yang
mengidentifikasi apa yang tersimpan di dalam plastid). Amiloplas juga disebut
sebagai butir-butir pati.
Amiloplas berbeda-beda ukurannya, tergantung
seberapa banyak pati yang terdeposit. Mereka juga merupakan jenis yang khusus
pada semua desainnya, seorang ahli dapat mengidentifikasi sumber dari
butir-butir pati ini.
Amiloplas melimpah pada sel penyimpan pada sebagian
besar tumbuhan
![](file:///C:\Users\MASTER\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image071.gif)
Gambar Butir-butir pati
dari potongan segar umbi kentang
2.
Elaioplas
Elaioplas bentuk
semi-aktif yang mengandung tetes-tetes minyak/lemak pada beberapa jaringan
penyimpan minyak, seperti endospermium (pada biji), berfungsi untuk menyimpan
lemak
![](file:///C:\Users\MASTER\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image073.gif)
3.
Proteinoplas
Proteinoplas adalah Plastida
leukoplas yang terspesialisasi dalam menyimpan asam amino/protein dan
memproduksinya
5.
Vakuola
Vakuola merupakan ruang dalam sel yang berisi
cairan (cell sap dalam bahasa Inggris). Cairan ini adalah air dan berbagai zat
yang terlarut di dalamnya. Vakuola ditemukan pada semua sel tumbuhan namun
tidak dijumpai pada sel hewan dan bakteri, kecuali pada hewan uniseluler
tingkat rendah.
fungsi vakuola adalah :
1. memelihara tekanan osmotik sel
2. penyimpanan hasil sintesa berupa glikogen, fenol, dll
3. mengadakan sirkulasi zat dalam sel
Semua
sel tumbuhan yang hidup dan sudah dewasa memiliki sebuah organela yang dibatasi
membran yang sangat besar, yang terisi cairan, disebut vakuola tumbuhan pusat.
Vakuola pusat menempati lebih dari 90-95% volume dan sel yang dewasa. Membran
vakuola disebut tonoplas. Tonoplas sangat tidak permeabel terhadap air dan
materi-materi yang larut dalam air
![](file:///C:\Users\MASTER\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image075.gif)
![Description: http://desyliapu3.files.wordpress.com/2010/01/vakuola-pusat.jpg?w=288&h=266](file:///C:\Users\MASTER\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image077.jpg)
Gambar Vakuola pusat
pada tumbuhan
Senyawa
simpanan pada vakuola menarik air yang meningkatkan tekanan cairan di dalam
vakuola. Tekanan ini dikenal sebagai tekanan turgor dan ini penting dalam
meningkatkan ukuran dan area permukaan sel tumbuhan selama pertumbuhan sel.
Tekanan ini juga memberi kekuatan sitoplasma melawan membran plasma dan dinding
sel yang membantu untuk membuat sel tetap kaku, menjaga kondisi turgor. Turgor
memberikan sokongan dan kekuatan untuk tumbuhan herbaceous dan bagian tumbuhan
yang lain dari kehilangan dinding sel sekunder. Pada saat tumbuhan kehilangan
turgor, mereka akan layu, suatu keadaan yang secara biologis dikenal sebagai
plasmolisis. Layu yang permanen merupakan eufemisme botani untuk kematian.
6. Ribosom
Fungsi utama dari ribosom adalah untuk sintesis protein. Ribosom terdiri dari
asam ribonukleat yang sering disingkat RNA (RNA merupakan kepanjangan
dari Ribonucleat Acid) dan protein, dalam jumlah yang hampir sama. Asam ribonukleat
berasal dari nukleolus, di mana ribosom disintesis dalam sel. Sebuah sel
prokariotik sederhana (misalnya, bakteri) terdiri dari beberapa ribu ribosom,
sedangkan sel eukariotik sangat maju (misalnya, sel manusia) memiliki beberapa
jutaan ribosom. Ribosom prokariotik lebih kecil dalam ukuran dibandingkan
dengan yang eukariotik.
Ribosom terdiri
atas dua subunit, masing-masing berisi RNA dan protein. Kedua subunit
dikategorikan sehubungan dengan tingkat sedimentasi dalam media tertentu.
Sebagai contoh, dua subunit dalam sel eukariotik adalah 40S (subunit kecil) dan
60S (subunit yang lebih besar), di mana 'S' adalah singkatan dari unit
kepadatan, Svedberg. Dengan demikian, semakin tinggi nilai yang diberikan
subunit, semakin besar adalah ukuran subunit.
Dalam sel,
ribosom berada di dua wilayah sitoplasma. Beberapa ribosom ditemukan tersebar
di sitoplasma (disebut sebagai ribosom bebas), sementara yang lain yang melekat
pada retikulum endoplasma (ribosom terikat). Dengan demikian, permukaan
retikulum endoplasma ketika terikat dengan ribosom disebut retikulum endoplasma
kasar (RER). Kedua ribosom bebas dan ribosom terikat memiliki struktur yang
sama dan bertanggung jawab untuk produksi protein.
Berbicara
tentang fungsi utama ribosom, mereka memainkan peran perakitan asam amino untuk
membentuk protein tertentu, yang pada gilirannya sangat penting untuk
melaksanakan kegiatan sel. Seperti yang kita semua memiliki ide yang adil
mengenai produksi protein, asam deoksiribonukleat (DNA)
pertama menghasilkan RNA (messenger RNA atau mRNA) oleh proses transkripsi DNA,
setelah itu pesan genetik dari mRNA diterjemahkan menjadi protein selama
terjemahan DNA.
Untuk lebih
tepat tentang sintesis protein oleh ribosom, urutan untuk perakitan asam amino
selama sintesis protein yang ditentukan dalam mRNA. MRNA disintesis dalam
nukleus kemudian diangkut ke sitoplasma untuk kelanjutan lebih lanjut dari
sintesis protein. Dalam sitoplasma, dua subunit ribosom mengikat sekitar polimer
mRNA dan protein sintesis dengan bantuan RNA transfer (tRNA), sesuai dengan
kode genetik. Ini seluruh proses sintesis protein juga disebut sebagai dogma
sentral.
Biasanya,
protein disintesis oleh ribosom bebas digunakan dalam sitoplasma itu sendiri,
sementara molekul protein yang diproduksi oleh ribosom terikat diangkut luar
sel. Mengingat fungsi utama dari protein ribosom dalam membangun, dapat
dimengerti bahwa sel tidak dapat berfungsi tanpa ribosom.
7. Peroksisom
a. Struktur
peroksisom
Untuk mengetahui
struktur dan fungsi peroksisom, teknik sentrifugasi gradient kepadatan tidaklah
menandai relative kecilnya perbedaan kepadatan antara lisosom dan peroksisom.
Untuk itu dilakukan injeksi dengan deterjen Triton WR-1339 dilanjutkan dngan
penggunaan mikroskop elektron (Kleinsmith dan Kish,1988 : Sheeler dan Bianchii,
1980). Hasinya menunjukkan bahwa peroksisom mengkonfirmasikan identitas yang
unik. Bentuknya kecil seperti bola kasar, berukuran antara mitokondria dan
ribosom. Karena ukurannya yang kecil inilah (0,2-2 µm), bersama-sama dengan
glioksisom maka peroksisom digolongkan dalam benda-benda mikro. Peroksisom
mempunyai stuktur yang terdiri dari kristal-kristal padat dan pekat yang
terbungkus oleh satu lapis membran unit (gambar 2).
![](file:///C:\Users\MASTER\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image079.gif)
b. Fungsi
peroksisom
Tolbert,
seorang ahli fisiologi tumbuhan dari Amerika (Prawiranata, Harran dan
Tjondronegoro, 1981) menemukan bahwa ada dua enzim utama yang amat berperan
pada peroksisom tumbuhan yaitu asam glikolat oksidase dan katalase. Pada
tumbuhan fungsi peroksisom adalah berperan dalam fotorespirasi, bersama-sama
dengan organel sel lainnya yaitu kloroplas dan mitokondria membentuk rangkaian
kerja 3 in 1. Hal ini mengakibatkan mengapa sering diperoleh pengamatan (dengan
mikroskop elektron) bahwa ketiga organel sl tersebut selalu terletak berdekatan
satu dengan lainnya.
Fotorespirasi
didefinisikan sebagai respirasi yang terjadi pada saat pencahayaan (terang).
Decker (dalam Prawiranata dkk, 1981) menyatakan bahwa fotorespirasi berlangsung
bersama-sama dengan respirasi normal. Salah satu perbedaan antara respirasi
normal dan fotorespirasi adalah responnya terhadap konsentrasi oksigen (O2)
pada atmosfir luar, dimana respirasi normal jenuh pada konsentrasi O2 sebanyak
2 %, sedang fotorepirasi terus meningkat hingga konsentrasi )2 udara normal 21
%. Untuk dapat memahami tentang fotorespirasi, diperlukan pengetahuan tentang
enzim RubisCO serta mengenai biosintesa dan metabolisme asam glikolat (CH2OHCOOH).
Bergantung
kepada perbandingan konsentrasi O2 dan CO2 dalam
atmosfer, enzim RubisCO dapat mengkarboksilasi atau sebaliknya mengoksidasi
atau sebaliknya mengoksidasi substrat RuBP.
Bila RuBP bergabung dengan CO2 akan masuk ke lintasan atau siklus calvin
dari fotosintesis menghasilkan 2 molekul asam fosfogliserat (PGA), tetapi bila
RuBP bergabung dengan O2 akan masuk ke lintasan fotorespirasi menghasilkan satu
molekul asam fosfogliserat dan satu molekul asam fosfoglikolat. Asam
fosfoglikolat selanjutnya mengalami reaksi defosforilasi oleh enzim glikolat
fosfatase membentuk asam glikolat. Pembentukan asam glikolat terjadi di
kloroplas. Kemudian asam glikolat menuju ke peroksisom dan dioksidasikan oleh
enzim glikolat oksidase menghasilkan asam glioksilat dan hydrogen peroksida.
Hidrogen
peroksida selanjutnya diurai menjadi oksigen dan air oleh enzim katalase. Asam
glioksilat beberap rangkaian reaksi akan menghasilkan glisin (salah satu jenis
asam amino). Metabolisme selanjutnya terjadi dalam mitokondria, dimana 2
molekul glisin bergabung membentuk satu molekul serin (jenis asam amino) dan
juga karbondioksida (CO2). Reaksi oleh enzim serin transhidroksimetilase ini
merupakan sumber utama dari produksi CO2 pada fotorespirasi. Serin kembali ke
peroksisom dan melalui beberapa rangkaian reaksi akan membentuk gliserat.
Gliserat oleh kloroplas dengan bantuan enzim gliserat kinase dan dengan
membutuhkan satu molekul ATP akan membentuk satu molekul asam fosfogliserat dan
satu molekul ADP.
8. Glioksisom
Glioksisom
merupakan badan mikro yang hanya ditemukan pada sel tumbuhan. Diameter
glioksisom antara 0,5 sampai 1,0 mikrometer. Glioksisom hanya terdapat pada sel
tumbuhan, misalnya pada lapisan aleuron biji padi-padian. Aleuron merupakan
bentuk dari protein atau kristal yang terdapat dalam vakuola. Glioksisom banyak
ditemukan pada biji-bijian yang berperan sebagai tempat menyimpan asam lemak
untuk pembentukan energi dalam proses perkecambahan.
Berkut gambar struktur dari glioksisom :
Berkut gambar struktur dari glioksisom :
Adapun
fungsi dari glioksisom adalah sebagai berikut :
1.
Mengontrol dan mengkatalisis
dekomposisi senyawa secara bertahap; khusus penyimpanan lemak.
2.
Menyalurkan produk terhadap sintesis
senyawa karbon banyak atau karbohidrat. Mereka sangat penting selama
pertumbuhan karena mereka membantu sintesis dinding sel baru.
3.
Sebagai tempat metabolisme asam
lemak
4.
Tempat terjadinya siklus glioksilat
1.
Struktur Inti SeL
Inti sel (Nukleus) adalah organel pertama
yang ditemukan, yang pertama kali dideskripsikan oleh Franz Bauer pada 1802 dan dijabarkan lebih terperinci oleh ahli
botani Skotlandia, Robert Brown, pada tahun 1831 Inti sel merupakan organel yang sangat
penting bagi kehidupan. Inti sel berperan mengendalikan seluruh kegiatan sel. ![https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEidrxkaN-2zyx_O9Mv6_PsnRC8MI243m2rlDraj0j8QK6nTQrhsggDyLVfA1Z0mNqJGAJ8br4FWYwlzQpoh8YAtMcUNOS0Q8A9EptsafH_EOQDm7DKOgMBcTBbDOo8f2RvyGYOK4C8jPMg/s1600/nuclei.jpg](file:///C:\Users\MASTER\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image081.jpg)
![https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEidrxkaN-2zyx_O9Mv6_PsnRC8MI243m2rlDraj0j8QK6nTQrhsggDyLVfA1Z0mNqJGAJ8br4FWYwlzQpoh8YAtMcUNOS0Q8A9EptsafH_EOQDm7DKOgMBcTBbDOo8f2RvyGYOK4C8jPMg/s1600/nuclei.jpg](file:///C:\Users\MASTER\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image081.jpg)
Sumber
: (wiki.faithlutheranlv.org)
Inti sel (nukleus) adalah sebuah organel yang
ditemukan di sel eukariotik. Inti sel mengandung banyak materi genetik seperti
kromosom, DNA, dan bermacam-macam protein. Biasanya sel hanya memiliki satu
nukleus saja, namun ada sel yang memiliki lebih dari satu nukleus seperti sel
parenkim hati dan sel otot jantung. Bahkan ada beberapa sel seperti sel
eritrosit dan sel trombosit tidak memiliki nukleus. Pada umumnya, sel mengandung satu nukleus
akan tetapi beberapa organisme memiliki jumlah nukleus yang bervariasi. Cairan
yang melekat pada inti sel disebut nukleoplasma, dan komposisinya mirip dengan
sitosol yang ditemukan diluar inti sel. Komposisi inti sel terdiri dari membran
inti, nukleoplasma, kromosom, dan anak inti (nukleolus).
Berdasarkan
jumlah inti dalam sel dapat dibedakan menjadi :
1. Sel
berinti tunggal ( Sel monukleat ), umumnya terdapat pada sel hewan dan sel
tumbuhan
2. Sel berinti
ganda ( sel Binukleat ). Terdapat pada Paramecium.
3. Sel berinti banyak ( Sel Polinukleat ), Sel yang
berinti lebih dari dua misalnya sel otot lurik, sel osteoblast dan sel alga Vaucheria.
Bentuk inti biasanya berkaitan dengan bentuk sel. Akan
tetapi, umumnya bentuk inti tidak beraturan, ada yang berbentuk lonjong, kubus,
persegi banyak beraturan. Volume inti berkaitan dengan jumlah kromosom dalam
inti sel. Inti sel haploid ukurannya lebih kecil daripada ukuran inti diploid.
Nukleus mengandung materi genetil ( DNA dan RNA ), protein inti, dan garam
mineral ( Karmana, 2008 : 6 )
Bagian – bagian Inti sel terdiri dari
1.
Membran inti
Inti sel pada sel eukariot diselubungi oleh
membran inti. Secara garis besar, membran inti terdiri dari tiga bagian yaitu
membran luar, ruang perinuklear, dan membran dalam. Membran luar seringkali
terhubung dengan retikulum endoplasma
(RE) yang ditempeli oleh ribosom.
Di membran inti terdapat pori inti yang bertujuan untuk memudahkan melakukan
pertukaran molekul antara inti sel dengan sitoplasma. Molekul tersebut
kebanyakan merupakan mRNA yang digunakan untuk sintesis protein.
Membrane inti atau selubung inti merupakan struktur
pembatas materi inti sel dengan sitoplasma. Struktur membran inti saat
diamati di bawah mikroskop electron
tampak sebagai dua lapisan membran yang masing-masing dipisahkan oleh celah
sebesar 20-30 nm. Celah ini dinamakan spatiumn
perinuclearis. Kedua lapisan
tersebut tidak sama kepadatannya. Lapisan luar kurang padat dan ditempeli oleh
butir- butir yang diduga ribosom dengan ukuran sebesar 15 nm. Dalam fase awal
mitosis lapisan luar selubung inti tersebut berhubungan dengan sistem membran
yang membentuk organella bermembran, sehingga strukturnya pun memiliki struktur
dwi lapis lipid seperti membran plasma. Celah dalam selubung inti diisi oleh
bahan yang amorf. Lapisan dalam selubung inti lebih rata daripada lapisan luar
karena diseluruh bagian terdapat kelompok–kelompok butir ktomatin. Diduga bahwa
lapisan luar selubung inti berperan dalam memelihara keberadaan lubang – lubang
inti dan bentuk inti, sedang lapisan dalam berfungsi memegang bagian – bagian
kromosom inti
Antara inti dan sitoplasma disekitarnya terdapat
hubungan timbal balik terutama mengenai proses biokimia, Untuk keperluan
tersebut terdapat lubang - lubang pada
selubung inti yang disebut pori nuclearis. Umumnya lubang – lubang
tersebut terdapat sangat banyak yang masing – masing dipisahkan pada jarak 0,1
– 0,2 mikron. Jumlahnya sampai 3000 – 4000 lubang untuk setiap lubang inti.
Diameter lubang sebesar 30 – 40 nm, Pada inti sel mamalia diperhitungkan bahwa
jumlah lubang inti meliputi 10 % dari seluruh permukaan selubung inti. Lubang –
lubang inti masaih dilengkapi suatu bangunan silindris yang berlubang dengan
ujung – ujung sebelah dalam dan luar lebih besar diamternya daripada diameter
lubang inti, sehingga bangunan ini bertindak sebagai diafragma., dan dinamakan
annnulus atau cincin. Cincin dan lubang inti membentuk kesatuan sehingga
disebut pore complex. Kesatuan
tersebut berfungsi untuk mengatur molekul atau ion – ion yang keluar masuk
inti. Pada waktu mitosis sel, selubung inti akan larut dan akan berbentuk lagi
menjelang berakhirnya mitosis.
Adanya lubang pada
selubung inti agaknya mempunyai korelasi dengan beberapa sifat elektrokimiawi
selubung tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaaan
potensial yang diduga bertinddak sebagair difusi ion – ion seperti K+ dan
Na+ atau Cl-. Namun pada selubung inti oosit tidak terdapat
potensial yang berarti sehingga memungkinkan pertukaran ion – ion sitoplasma dan
inti secara bebas.
![index.jpg](file:///C:\Users\MASTER\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image082.jpg)
2. Anak Inti ( Nukleolus
)
Nukleolus lebih dikenal
dengan istilah “anak inti”. Nukleolus adalah “noda” tebal yang ditemukan di
dalam inti sel. Nukleolus tidak dikelilingi oleh membran dan sewaktu-waktu
disebut suborganel. Nukleolus tersusun atas fosfoprotein, orthosfat, DNA, dan
enzim. Fungsi utama nukleolus adalah untuk mensintesis rRNA dan merakit
ribosom. Struktur nukleolus bergantung pada aktivitasnya. Jika sintesis rRNA
berhenti, nukleolus menghilang atau mengecil. Jadi, nukleolus bukan merupakan
organel yang tetap.
Dalam pengamatan menggunakan mikroskop cahaya anak
inti terlihat sebagai sebuah atau lebih bangunan basofil ang ukurannnya lebih
besar daripada ukuran – ukuran butir kromathin atau gumpalan kromatin,
Seringkali anak inti menempel pada selubung inti. Pada sediaan biasa, anak inti
tampak sebagai struktur yang homogen.
Sedangkan dalam
pengamatan dengan mikroskop elektron terdapat beberapa komponen sebagai :
Ø Daerah granuler atau pars granulosa
Daerah granuler
terdiri dari butir – butir sebesar 15 – 20 nm, lebih kecil sedikit daripada
butir-butir ribosom, Seringkali daerah ini terdapat bagian perifer anak inti.
Ø Daerah fibriler atau pars fibrosa
Daerah fibriler
terdiri atas benang dengan diameter 5 – 10 nm. Komponen ini terdapat ditengah –
tengah anak inti karena daerah granuler dan daerah fibrilier keduanya dicerna
oleh enzim ribonuklease, maka diduga keras kedua daerah tersebut mengandung
ribosom
Ø Daerah amorf atau pars amorfa.
Daerah amorf merupakan daerah yang mengandung
matriks anak inti yang digunakan untuk untuk
mengikat 2 komponen yang disebutkan diatas. Matriks ini menempelkan bahan protein.
Disekitart anak inti
terdapat khromatin yang terbentuk sebagai benang – benang halus setebal 10 nm.
Adanya khromatin yang mengelilingi anak inti menyebabkan warna basofil pada
pengamatan dengan mikroskop cahaya. Pada anak inti yang berukuran besar kadang
– kadang terlihat butir – butir besar yang diduga butir – butir kromatin
(Subowo. 107 : 1995).
Berlangsungnya
transkripsi gen untuk rRNA yang berjalan terus – menerus akan menjamin
terbentuknya rRNA untuk ribosom yang ada dalam sitoplasma. rRNA yang baru
terbentuk dari transkripsi tersebut segera dikemas bersama protein ribosom
untuk membentuk riboso. Pengemasan tersebut berlangsung dalam anak inti. Untuk
keperluan tersebut maka dalam anak inti terdapat sejumlah penggal – penggal DNA
( rDNA ) untuk transkripsi menjadi rRNA secara berulang – ulang dan berjalan
sangat cepat dengan bantuan enxim ploimerasi RNA I. Penggal – penggal DNA
tersebut dinamakan “nucleolar organizer”.
Dapat dipastikan
bahwa anak inti berfungsi untuk membuat ribosom yang terbuat dari sitoplasma.
Karena ribosom diperlukan dalam proses sintesis protein, maka dapat dimengerti
apabila dalam sitoplasmanya akan memiliki anak inti yang membesar. Apabila
dikaitkan dengan struktur khromatin pada saaat mitosis maka nucleolar organizer
terdapat pada kromososm sebagai bagian yang mengecil dinamakan kontraksi
sekunder yang letaknya dekat satelit, Dengan demikian jumlah nucleolar
organizer akan menentukan jumlah anak inti dalam inti sel. Bahkan kadang –
kadang terlihat bahwa beberapa anak inti berdekatan sehingga nampan anak inti
tersebut menyatu.
Kandungan RNA dalam
anak inti jika dibandingkan dengan bagian – bagian lain dari inti tidak selalu
tetap yaitu berkisar 5 % - 20 %. Untuk kepentingan sintesis protein ribosom
diperlukan rRNA sebagai hasil transkripsi DNA, namun dengan berbagai pewarnaan
terhadap DNA, tidak dapat dibuktikan adanya DNA dalam anak inti kecuali dalam
beberapa anak inti yang besar. ( Subowo. 110 : 1995 ).
3.
Khromatin
Didalam inti terlihat adanya butir-butir basofil yang
disebabkan adanya khromatin. Dengan pewarnaan HE tampak biru oleh hematoksilin
oleh kerana adanya molekul DNA yang menyusun khromatin. Untuk setiap jenis sel
tampak adanya perbedaan ukuran dan penyebaran butir-butir khromatin tersebut.
Hal ini dikaitkan dengan proses sintesis protein yang untuk setiap jenis sel
tadaklah sama.
Antara gambaran inti interfase dengan inti yang sedang
mitosis terdapat perbedaan besar, khususnya mengenai struktur khromatinnya.
Pada inti interfase, khromatin tampak sebagai butir-butir yang tersebar pada
seluruh inti tanpa adanya gambaran benang-benang khromosom, tetapi sebaliknya
pada inti yang sedang mitosis tidak tampak gambaran butir-butir khromatin namun
diganti dengan gambaran benang-benang khromosom.
Beberapa dasawarsa yang lalu para ahli yakin bahwa
khromatin dalam inti interfase memang berbentuk sebagai butir-butir terlepas
yang nantinya akan disusun dengan cara tertentu pada waktu mitosis menjadi
benang khromosom. Dan sudah sejak lama pula diketahui bahwa khromosom merupakan
bagian inti sel yang membawa gena yang akan menentukan sifat-sifat yang
diturunkan dalam individu yang bersangkutan. Tetapi dengan perkembangan
pengetahuan bahan dasar kimia gena yang ada, terbukti membawa konsep yang
menyatakan bahwa butir-butir khromnatin merupakan bangunan yang satu sama lain
terlepas yang kemudian disusun kembali oleh cara-cara tertentu menjadi
benang-benang khromosom tidak benar. Dari penelitian-penelitian yang mendalam
dapat disimpulkan bahwa pada waktu interfase butir-butir khromatin masih
dihubungkan satu sama lain seperti halnya dalam khromosom, hanya saja hubungan
tersebut tidak dapat dibuktikan melalui pengamatan dengan mikroskop cahaya.
Sehingga dapat dikatakan sebenarnya dalam interfase khromosom masih ada dalam
bentuk khromatin. Konsep terakhir ini menyatakan bahwa khromosom merupakan
susunan benang halus yang dikemas menjadi batang-batang halus, sedang
butir-butir khromatin sebenarnya sebagian dari kemasan benang-benang halus yang
tidak tampak, sehingga kemasan benang menjadi butir-butir yang masih tetap
dihubungkan oleh benang yang tidak dikemas. Alasan penolakan konsep pertama
apabila terjadi mitosis yang berulang dalam siklus sel, maka jika butir-butir
khromatin tersebut merupakan butir-butir terlepas sangatlah sulit menyusun
kembali dengan urutan yang tetap sama agar tidak mengganggu urutan gena yang
merupakan sandi untuk sintesis protein. Konsep kedua sangat masuk akal apabila
dikaitkan dengan harus tetap terjadinya urutan gena sehingga tidak akan
mengganggu proses sintesis protein urutan gena yang pada dasarnya digunakan
untuk sandi pembentukan protein pada gilirannya akan menentukan fenotipe dari
sel atau individu bersangkutan.
Sebaliknya konsep yang menyatakan bahwa urutan gena
dalam khromosom masih tetap ada walaupun sel tersebut dalam keadaan mitosis dan
interfase, didukung oleh dua penemuan, yaitu : adanya gambaran benang-benang
halus yang terlihat pada pengamatan dengan mikroskop kontras fase dan adanya
benang-benang halus yang berdiameter 20-30 nm apabila sel dalam interfase
diamati dengan mikroskop elektron. Benang-benang tersebut menunjukkan
benjolan-benjolan pada beberapa tempat. Kedua gambaran tersebut diduga sebagai
penghubung butir-butir khromatin pada waktu sel interfase.
Selanjutnya konsep tersebut menyatakan bahwa
butir-butir khromatin yang nampak pada inti interfase dengan mikroskop cahaya
tidak lain adalah lanjutan benang-benang khromosom yang bergelung. Benang halus
khromosom yang menghubungkan ( yang diameternya sekitar 20-30 nm) tidak dapat
diamati dengan mikroskop cahaya. Dari konsep tersebut dapat disimpulkan bahwa
bahan-bahan yang menyusun khromosom dan khromatin adalah sama, namun lazimnya
istilah khromosom diperuntukkan bagi khromatin yang membentuk gambaran sebagai
batang-batang halus pada saat sel tersebut membelah.
Pada sel interfase dibedakan dua macam khromatin :
a.
Heterokhromatin atau “condensed chromatin” yaitu
benang khromatin yang bergelung sehingga terlihat sebagai butir-butir khromatin.
Karena bagian tersebut lebih terlihat mengikat warna, maka dinamakan pula
“heteropyknotic positive”.
b.
Ekhromatin atau “extended chromatin” yaitu
bagian benang kromatin yang tidak bergelung sehingga sulit terlihat pada sel
interfase. Bagian benang khromatin ini dinamakan pula sebagai “heteropyknotic
negative”. Sebenarnya bagian khromatin ini merupakan bagian yang aktif dalam
mengatur kegiatan sel, karena bagian tersebut merupakan sandi yang sedang
berfungsi.
Didalam sel hati dibedakan tiga
macam butir khromatin bedasarkan letaknya :
a.
Khromatin perifer, yaitu khromatin yang
berdekatan dengan permukaan dalam selubung inti, sehingga selubung inti tampak
biru pada pewarnaan HE.
b.
Butir-butir atau pulau-pulau khromatin, yaitu
khromatin yang membentuk kelompok-kelompok.
c.
Khromatin terkait nukleolus, yaitu khromatin
yang terdapat disekeliling anak inti.
Penelitian terhadap komposisi kimia dalam inti sudah
dimulai sejak akhir abad ke- 19. Freidrich Miescher (1845-1895) dengan cara
sangat sederhana meneliti bahan-bahan yang diambil dari nanah yang berasal dari
luka. Kita tahu sekarang bahwa nanah sebenarnya mengandung sisa-sisa leukosit
yang mati yang tentunya mengandung bahan bahan inti. Oleh Miescher, nanah
tersebut dibubuhi getah lambung (kini kita tahu bahwa didalam getah lambung
terdapat enzim pepsin) yang kemudian terhadap campuran ini dilakukan analisis
kimia. Dari analisis kimia tersebut dapat disimpulkan bahwa nanah mengandung
bahan dengan berat molekul tinggi serta mengandung gugus fosfor.
Penelitian yang lebih mendalam dalam abad ke-20
menemukan bahwa susunan kimia khromosom terdiri
atas :
v DNA 16%
v RNA 12%
v Nukleoprotein 72%
Nukleoprotein terdiri atas beberapa jenis protein,
yaitu :
v Protamin,
v Histon,
v Nonhiston,
v Berbagai enzim
diantaranya polimerase DNA dan RNA.
4. Nukleoplasma
Nukleoplasma
adalah cairan yang terdapat di dalam inti sel yang transparan dan kental.
Nukleoplasma mengandung kromatin, granula, nukleoprotein, dan senyawa kimia
kompleks. Pada saat pembelahan sel, benang kromatin menebal dan memendek serta
mudah menyerap zat warna disebut kromosom. Benang kromatin tersusun atas
protein dan DNA. Di dalam benang DNA inilah tersimpan informasi kehidupan. DNA
akan mentranskripsi diri (menyalin diri) menjadi RNA yang selanjutnya akan
dikeluarkan ke sitoplasma.
5. Kromosom
Inti
sel mengandung banyak gen dari DNA yang tersusun dan membentuk struktur yang
disebut kromosom. Setiap sel manusia mempunyai untaian DNA sepanjang dua meter.
Di dalam inti sel juga terbentuk protein DNA kompleks yang dikenal sebagai
kromatin. Terdapat dua jenis kromatin yaitu eukromatin dan heterokromatin.
Eukromatin merupakan bentuk DNA yang lebih sederhana dan mengandung gen yang
diekspresikan oleh sel. Sedangkan heterokromatin adalah bentuk DNA yang lebih
kompleks dan mengandung DNA yang telah ditranskripsi.
2.
Fungsi
Inti Sel
Inti sel mampu untuk melakukan
transkripsi gen yang dipisahkan dari tempat transkripsi di sitoplasma. Fungsi
utama inti sel adalah untuk mengontrol ekspresi gen dan mereplikasi DNA di
dalam sel. Fungsi dari inti sel hewan dan inti sel tanaman hampir sama. Hal ini
karena fungsi dikategorikan berdasarkan sifat sel prokariotik dan eukariotik.
Sel tumbuhan dan hewan keduanya eukariotik.
a. Pengendali Metabolisme Seluler
Fungsi inti sel dalam mengendalikan metabolisme yang terjadi dalam sel dapat terjadi dikarenakan adanya proses menghasilkan protein yang dilakukan melalui proses transkripsi dan translasi. Setiap gen akan menjadi protein yang dihasilkan melalui cetakan DNA. Protein tersebut setelah melalui proses ‘packing‘ oleh protein caperon akan menjadi protein fungsional.
Protein yang dihasilkan nantinya akan menjadi enzim yang berperan dalam metabolisme sel atau metabolisme individu (multiseluler). “One gene one enzim”.
b. Penyimpan Informasi Genetik
Fungsi inti sel dalam menyimpan informasi genetik dapat terjadi karena adanya membran inti yang mempertahankan DNA dalam wadah nya (nukleus). Rangkaian DNA seperti kita ketahui, tersusun atas banyak gen yang mewakili spesies tersebut. DNA kemudian terangkai menjadi kromosom yang terbagi bagi sesuai dengan jumlah kromosom spesies tersebut.
Fungsi inti sel yang satu ini sangat esensial dalam kelestarian sebuah makhluk hidup. Dengan adanya DNA (spesifik ke gen), sifat sifat suatu makhluk dapat diteruskan ke generasi berikutnya.
c. Pengatur Siklus Sel
Fungsi inti sel dalam mengatur siklus sel seperti apakah sel tersebut harus membelah, tidak membelah atau membesar saja. Hal ini sebenarnya untuk sel pada umumnya kecuali sel kanker telah terkode kan dalam gen yang berada di inti sel. Dengan adanya gen tersebut, pembelahan ataupun tidak membelah nya suatu sel dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.
d. Wadah Replikasi dan Transkripsi
Fungsi inti sel yang satu ini, sudah sangat jelas. DNA melaksanakan replikasi dalam inti sel. Replikasi DNA dalam siklus sel terjadi pada fase G1. Dengan adanya replikasi DNA, artinya akan terjadi proses mitosis setelahnya.
Fungsi inti sel sebagai tempat terjadinya transkripsi atau penerjemahan kode kode yang ada pada rantai DNA menjadi RNA muda atau RNA primer. Proses transkripsi merupakan rangkaian dari ekspresi genetik.
E. Pembelahan
Sel Tumbuhan
Dalam pertumbuhan yang
umum pada tumbuhan diketahui bahwa alat-alat tumbuhan akan menjadi bertambah
besar, bertambah panjang serta bercabang-cabang. Terjadinya hal demikian
dikarenakan terdapatnya perbanyakan dan pertumbuhan dari sel-sel yang menyususn
tumbuhan tersebut. Perbanyakan sel-sel dapat terjadi karena terjadnya
pembelahan sel.
Umumnya pada tumbuhhan
teerdapat zigot yaitu sebagai hasil dari peleburan antara dua buah sel kelamin
yang berlainan, yang selanjutnya dari zigot ini mulai berlangsungnya
pembelahan-pembelahan sel, misalnya dari sel yang satu dapat terbelah dua, dari
dua terbelah lagi menjadi empat, selanjutnya menjadi delapan dan demikian
seterusnya, hingga pada akhirnya sel-sel itu menjadi beratus-ratus, ribuan dan
jutaan sel, yang dpat membangun individu tumbuhan dengan baik.
Proses pembelahan sel
ini dimulai dengan pembelahan intinya yang selanjutnya terjadi pembelahan
plasma atau pembelahan sel. Dalam pembelahan sel ini dikenal ada pembelahan sel
secara amitosis, mitosis dan miosis.
1. Pembelahan
Secara Amitosis
Pembelahan secara amitosis adalah
pemebalahan secara langsung, disebut pula dalam istilah lain sebagai fragmentation.
Dalam pembelahan cara ini terdapat
gejala-gejala bahwa inti sel telah mengalami kemunduran, sehingga inti sel
mulai terbelah, yang dalam pembelahan ini dapat menjadi dua bagian atau lebih.
Masing-masing bagian pembelahan ini dapat berwujud bagian yang sama besar yang
dalam hal ini tidak ada kepastian apakah masing-masing akan membawa sifat-sifat
keturunan yang sama atau tidak.
Pembelahan sel secara amitosis
(langsung) disebut demikian dikarenakan terjadinya pembelaha itu tidak
mengalami tahap-tahap perubahan terlebih dahulu, melainkan langsung saja
membelah. Pembelahan sel sedemikian biasanya terdapat pada Phaeophyceae atau
ganggang coklat, Characeae atau ganggang chara, serta pada sel-sel dari
tumbuh-tumbuhan famili Liliaceae. Cara amitosis pada tumbuhan menunjkkan bahwa
sel/inti masih berada dalam tingkat kemunduran.
2. Pembelahan
Secara Mitosis (Homoiotypic Division )
Pembelahan sel secara mitosis adalah
pembelahan secara tidak langsung, atau dengan istilah lain cykenesis. Pembelahan sel secara mitosis ini lazimnya berlangsung
pada sel-sel somatis (sel-sel badan ). Disebut secara tidak langsung (mitosis)
karena sebelum terjadinya pembelahan inti sel, telah didahului dengan
terjadinya beberapa perubahan yang dapat diperhatikan sebagai perubahan yang sangat
penting, yaitu terbentuknya kromosom dalam inti sel selama berlangsungnya
proses pembelahan tersebut. Kromosom-kromososm ini ternyata dapat membagi inti
sel menjadi dua bagian yang sama besar dan sam dalam segal-galanya. Dengan
demikian maka bagian-bagian (masing-masing inti anak) akan memiliki sifat-sifat
induknya yang sama.
Berkat penyelidikan yang dilakukan para
ahli terhadap irisan titik tumbuh ( yang dilakukan dengan fiksasi dan pewarnaan
tertentu) maka dapat dikemukakan gambaran tentang tahap-tahap proses pembelahan
inti sel secara mitosis. Tahap-tahap tersebut antara lain :
a. Interfase
Interfase adalah tahapa sebelum terjadinya pembelahan
inti sel. Dalam tahapan ini tampaknya seolah-olah tidak terjadi apa-apa
sehingga disebut sebagai tahapan istirahat. Padahal keadaan yang sebenarnya
sedang terjadi didalam sel yaitu inti sel tengah demikian aktifnya mengadakan
metabolisme, sehingga dapat dikatakan sebagai tahap persiapan menjelang
berlangsungnya profase awal
b. Profase
Ø Profase
awal
Sebagai pemula dari profase ini, inti
sel mulai dengan pembelahan pendahuluan. Kalau dilihat dengan mikroskop
elektron, tampak dalam inti sel terjadi pengeruhan yang disebabkan terjadinya
butiran-butiran yang sangat kecil, yang selanjutnya butiran-butiran halus ini
akan berubah menjadi benang-benang halus yang bentuknya tidak menentu. Dalam
waktu yang tidak lama mulai tampak bahwa benang-benang halus tersebut makin
lama mulai menebal dan terbelah-belah seperti spiral terdiri dari dua kromatid.
Tampaknya seperti benang-benang yang rangkap.
Ø Profase
akhir
Dalam tahap ini benang-benang tersebut
akan terputus-putus, berubah menjadi batang-batang halus yang disebut
kromososm. Selanjutnya karena pengaruh dehidrasi atau kekurangan air didalam
sel serta pengendapan asam nukleat yang terus bertambah, maka benag-benag
kromosom akan memendek.
Dapat
dijelaskan bahwa :
ü Pengendapan
asam nukleat akan menyebabkan penyerapan zat warna lebih banyak
ü Terjadinya
pemendekan dan penebalan kromosom karena kromatid mengerut menajadi dua spiral
yang halus.
Terjadinya
pengerutan spiral-spiral matriks yang mengelilinginya menyebabkan tak tampaknya
dengan jelas pengerutan-pengerutan tersebut. Kromosom selanjutnya akan
berkumpul ditengah-tengah nukleus dan didalam plasma sel diluar intinya akan
terbentuk benda-benda seperti jala, pada tempat berlawanan yang disebut kutub,
yaitu kutub atas dan kutub bawah yang dihubungkan oleh benag-benang plasma yang
keluar dari masing-masing kutub tersebut. Bersamaan dengan terbentuknya
kromososm tersebut, membran inti bersama butir halusnya (nukleolus ) akan
menghilang sehingga kromosom tersebut tampak berkumpul ditengah-tenagh sel
didalam sitoplasma. Kemungkinan benang-benang plasma yang keluar dari
masing-masing kutub itu hanya sebagai
pendorong kromosom, hal ini karena benang-benang plasma itu hanya sampai pada
kromososm-kromosom tersebut. Jadi, benag-benang plasma (phragmoplast) akan
mendesak kromosom ketengah-tenagh. Pada akhir profase ini pada tiap kromososm
dapat terlihat adamya sentromer ( tempat pada kromososm dimana bagian-bagiannya
belum jelas menunjukkan rangkap dua). Adapun semua sentromer letaknya
berdekatan antara satu dengan lainnya yaitu pada sisi inti selnya.
c. Metafase
Ø Metafase
awal
Metafase awal merupakan tahapan dalam
proses pembelahan sel, dimana terjadi perubahan besar antara dinding inti dan
butir halus atau nukleolus menjadi hilang sama sekali, berganti dengan
terbentuknya gelendong inti seperti halnya kumparan dengan kutub atas dan kutub
bawah tadi. Dalam kejadian ini tampak dengan jelas hubungan antara
benang-benang fragmoplas ( yang menghubungkan kutub-kutub) dengan sentromer
dari kromosom. Selanjutnya dalam gelendong inti terjadi gerakan bagian- bagian
lain dari kromosom yang berlangsung secara pasif.
Ø Metafase
akhir
Dalam tahap ini terjadi penempatan
kromosom pada bidang ekuatorial. Sentromer-sentromer akan berada di ekuator
sedangkan benang-benang kromosom yang panjang terletak jauh diluar ekuator.
Dalam keadaan demikian sentromer-sentromer masih tetap belum membagi serta
menghubungkan kedua kromatid. Bagian sentromer ini manghadap ke kutub dapat
dikatakan lebihh dekat jika dibandingkan dengan bagoan-bagian kromosom lainnya
yang telah saling terbelit atau berkelokan. Bila diamati degan mikroskop akan
tampak pada bidang ekuatorsuatu wujud bagaikan bintang, inilah maka tahapan ini
sering pula disebut tahapan bintang (statium aster ).
d. Anafase
Ø Anafase
awal
Pada tahap ini ternyata
bahwa tiap-tiap kromatid yang berada pada bidang ekuator mulai tertarik ke
kutub-kutubnya seakan-akan telah menujukkan terjadinya pemisahan-pemisahan,
yang berlangsung dari kromatid-kromatid tadi pada sentromer-sentromer yang
kenyataannya sekarang telah membelah.
Dalam kejadian-kejadian
diatas tampak seakan-akan sentromer-sentromer itulah yang mengatur
gerakan-gerakannya, seakan-akan telah terjadi tarikan-tarikan kekutub oleh
benang fragmoplas yang melekat pada sentromer, sedangkan benang dari kromososm
mengikutnya secara pasif
Ø Anafase
akhir
Pada tahap ini
pembelahan telah berlangsung dengan tegas,dimana kedua kromatid dari
masing-masing kromososm tampak dengan jelas saling menjauhi bidang ekuatordan
terkumpul pada kutub-kutubnya.
Dengan menggunakan
mikroskop tampak dengan jelas ditengah-tengah sel seakan-akan telah terbentuk
dua buah bintang maka tahapan ini sering disebut stadium diaster.
e. Telofase
Ø Telofase
awal
pada tahapan ini kromatid atau belahan
kromososm seperrti telah berada dikutub masingmasing dari gelendong inti. Dan
disekitar kromososm dinding baru pada inti tela terbentuk pula, yang
selanjutnya kromososm itupuun menjadi satu serta membentuk lagi benang-benang
yang tidak menentu bentuknya. Demikian pula halnya dengan nukleolus yang biasa
terdapat pada inti menjadi tampak kembali dan terbentuk pada suatu
penggentingan dari satu pasangan kromosom tertentu. Adanya kadar air yang
bertambah dan berkurangnya nukleo protein menjadikan kromososm pada tahap ini
berkurang kemampuannya untukk mnyerap warna.
Ø Telofase
akhir
Tahapan ini ditandai dengan terbentuknya
dua buah inti sel baru yang merupakan inti sel annak sebagai hasil
pembelahan.tentang terbentuknya membran pada sel-sel baru dapat dikemukakan
bahwa benang-benang fragmoplas yang ada disekitar ekuator mengalami penebalan,
dan penebalan ini pada akhirnya akan saling mendekati sehingga selanjutnya
bersentuhan antara satu dengan lainnya. Dengan demikian maka antara kedua inti
anak sel itu dapat terbentuk membran baru,sehingga dari satu sel induk menjadi dua sel anak yang merupakan sel
baru dengan jumlahh kromososm masing-masing sama dengan sel induk. Selanjutnya
sel anak tersebut setelah melalui periode tertentu akan menjadi sel dewasa yang
siap untuk melakukan pembelahan dan demikian seterusnya.
Dalam pembentukan membran sel yang baru
sehubungan dengan berlangsungnya pembelahan sel secara mitosis dapat terjadi secara
simultan (sekaligus) disamping dapat tejradi secara berangsur-angsur yang
disebut succedan (suksedan).
ü Simultan
: pembentukan membran sel baru umumnya barlangsung pada sel-sel yang kecil
dimana vakuola pun kecil-kecil.
ü Suksedan
: pembentukan membran sel baru umumnya berlangsung pada sel-sel yang besar
dimana vakuolanya juga besar. Dalam pembelahan inti selnya akan bergerak dari
kiri kekanan diikuti dengan terbentuknya membran sel baru. pada sel-sel kambium
misalnya , pembelahan inti sel berlangsung secara membujur , membranselnya
berlangsung secara suksedan yang dimulai dari bagian tengah selnya. Selanjutnya
dalam hal ini benang-benang fragmoplas mulai melangsungkan penebalan-penebalan
baru, baik kebagian kiri dan kebagian kanan dari selnya.
Dalam hal berlangsungnya pembelahan sel
somatis dari ujung-ujung akar tumbuhan dapat dikatakan bahwa setiap inti sel
yang membelah mengalami semua tahapan berlangsungnya pembelahan dari interfase
keinterfase berikutnya.
3. Pembelahan
Secara Miosis ( Reduksi = Heterotypic Division )
Pembelahan sel secara miosis atau
reduksi yang sering pula dinyatakan sebagai pembelahan “heterotypic division “,
berlangsung dalam pembentukan sel-sel kelamin. Dengan demikian sangat berkaitan
dengan tumbuhan yang melangsungkan pembiakannya secara generatif.
Mengenai sel kelamin ini dpat
dikemukakan bahwa sel-sel tersebut mempunya inti haploid yaitu inti dengan
jumlah n kromososm,sedangkan dalam zigot atau hasil peleburan dua sel kelamin
ternyata kromososmnya tidak bersatu. Denagn demikian maka tentunya dalam inti
zigot akan terdapat diploid yaitu 2n kromososm. Seluruh kromososm dalam satu
kelamin adalah satu genom, dengan demikian maka sel yang diploid merupakan dua
genom dan dari dua genom ini akan terdapat dua kromososm yang memiliki
kesamaan-kesamaan dalam bentuk, besar, serta jumlah gen yang ada
padanya.kromosom demikian disebut kromososm homolog (geminus ). Kromososmnya
itu berasal dari sel kelamin jantan dan satunya lagi dari sel kelamin betina.
Tentang sel somatis yang telah diterangkan
dibagian muka bahwa biasanya bersifat diploid. Dengan demikian maka dalam
pembentukan sel-sel kelamin berasal dari sel ini tentunya jumlah kromososmnya
harus mengalami pengurangan, jelasnya dari 2n menjadi n. Sebab tanpa berlangsungnya reduksi maka bila
terjadi perkawinan , jumlah kromosomnya kan menjadi berlipat ganda. Dalam garis
besarnya pembelahan sel secara miosis berlangsung malalui dua tingkatan.
Ø Tingkat
pertama
Pada tingkat pertama ini pengurangan
(reduksi ) dalam jumlah kromososm memang benar-benar terjadi dan kegiatannya
berlangsung dalam 4 tahap sebagai berikut :
a. Profase
I
Pada
tahap ini kegiatan-kegiatannya dapat dibedakan atas 5 subfase yakni :
1.
Leptonema,
dalam subfase ini sel memperlihatkan adanya
benag-benang halus yang keadaannya belekuk-lekuk, tapi masih sulit untuk
menentukan apakah benang-benang halus itu tunggal atau rangkap dua.
2.
Zygonema,
permulaan terbentuknya kromosom yang homolog, pada tingakat ini mulai terlihat
gerakn saling mendekati dari kromososm homolog, selanjutnya membentuk suatu geminus. Peristiwa perkawinan kromososm
tersebut disebut sinapsis. Geminus
yang dibentuknya itu bermula dari sentromer dan berlanjut pada ujung-ujungnya.
3.
Pachynema,
(pakhinema), pada tingkat ini dapat dinyatakan bahwa pembentukan geminus telah
sempurna, yang dalam keadaan ini tampaknya dalam inti terdapat setengah dari
jumlah kromosom yang seharusnya ada.
4.
Diplonema,kromosom
yang telah membentuk geminus pada tingkat ini melakukan pembelahan secara
membujur, dengan demikian akan tampak terbentuknya 4 buah kromatid dari
masing-masing geminus. Keempatnya akan berpasangan kemudian tiap pasangan akan
saling menjauhkan diri. Walaupun tampaknya demikian, terdapat suatu tempat pada
geminus yang memperlihatkan tetap adanya hubungan. Pada tempat yang dimaksud
letak dua kromatid yang berada disebelah dalam persilangan sedangkan dua
kromatid lagi yaitu letaknya dibagian luar barada dalam keadaan bebas. Tempat
titik persilangan tersebut disebut chiasma. Dalam ilmu genetika disebut crossing over.
5.
Diakenes
, gulungan-gulungan bagaikan spiral tampak pada tingkat ini, yang makin
lama tampak makin rapat, disebut kromonema. Kromososm-kromososm tampak
bertambah tebal, letak geminus-geminusnya pada bidang ekuator terdapat
dipinggir inti dan belum teratur.
b. Metafase
I
Pada
permulaan dari tahap ini membran nukleus dan nukleolusnya (butir-butir inti)
keadaanya seperti tidak tampak lagidan selanjutnya merupakan awal terbentuknya
benang-benag fragmoplas, sedangkan geminus-geminus dengan sentromernya tampak
mulai bergerak ke arah bagian-bagian kutubnya, yangselanjutnya malakukan
penenmpatan diri pada bidang ekuatornya. Ekulibrium atau keadaan yang seimbang
dimana geminus-geminus telah berhasil menempatkan diri secara keseluruhan pada
bidang ekuator ternyata lebih ternyata lebih tercapai pada akhir dari tahapan
ini.
c. Anafase
I
Pada
tahap ini tampak masing-masing bagian seperduanya dari geminus malakukan
gerakan kearah kutub masing-masing yang selanjutnya berkumpul pada
masing-masing kutubnya tersebut.
d. Telofase
I ( interkenese )
Kegiatan-kegiatan
selanjutnya yang berlangsung dalam tahapan ini adalah pmbentukan dua buah inti
sell didalam selnya. Kromosom-kromososm yang terkandung dalam inti sel anak
masing-masing adalah n, yang jumlahnya seperdua dari jumlah kromososm induk
selnya. Jumlah yang demikian ini jelas telah merupakan reduksi yang telah
berlangung pada jumlah kromosom yang sebenarnya.
Ø Tingkat
kedua
a. Metafase
II
Masa
interkenese diatas merupakan masa istirahat. Awal metafase II berlangsung
setelah masa interkenese tersebut, dimana kedua inti sel anak itu mulai lagi
melangsungkan kegiatan-kegiatan pembelahan inti yang mengarah pada pembelahan
tingkat dua. Pembelahan ini merupakan pembentukan sel-sel kelamin. Dalam hal
ini prosesnya tidak ada perbedaan dengan pembelahan mitosis dari inti sel anak,
kecuali mengenai letak ekuatornyadimana pada metafase II ini dapat dikatakan
bahwa letaknya agak tegak lurus pada bidang ekuator dari pembelahan tingkat I.
b. Anafase
II
Pada
tahap ini tampak kromosom-kromosom inti sel anak masing-masing telah melakukan
pembelahan dan masing-masing telah jelas melakukan pemisahan.
c. Telofase
II ( tetrade )
Pada
tahap ini yaitu tahapan setelah selesai pembelahan tingkat dua, selanjutnya
terdapat empat buah sel kelamin yang masing-masing bersifat haploid yang
berasal dari sel induk yang diploid. Reduksi ini disebit tetrade.
Pembelahan gamet pada tumbuhan
terdiri dari 2, yaitu mikrosporogenesis dan megasporogenesis.
1. Megasporogenesis
Megasporogenesis merupakan proses
pembentukan ovum dalam ruang bakal biji. Prosesnya dimulai dari megasporosit
bermeiosis dua kali menjadi megaspore. Megaspora ini terdiri dari IKL (inti
kandung lembaga) Primer dan 3 sel kutub yang nantinya akan mati. IKL Primer
nantinya akan membelah secara mitosis 3 kali dan menghasilkan 3 antipoda, 2 IKL
Sekunder, 2 sinergid, dan 1 ovum.
![vvvv.png](file:///C:\Users\MASTER\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image089.gif)
2. Mikrosporogenesis
Mikrosporogenesis adalah proses
pembentukan serbuk sari (mikrospora) dalam kepala sari (anthera). Proses
mikrosporogenesis dimulai dengan meiosis I dan meiosis II dari mikrosporosit
(sel induk serbuk sari) menjadi 4 mikrospora yang haploid yang disebut tetrad.
Mikrospora kemudian melakukan pembelahan kariokinesis menjadi nukleus generatif
dan nukleus saluran serbuk sari (inti generative dan vegetatif). Inti generatif
kemudian membelah menjadi 2 sperma. Inti vegetative pada masa pembuahan hanya
menuntun sperma ke ovum dan spermaakan membuahi ovum menjadi zigot dan IKL
Sekunder menjadi endosperma.
![qqq.png](file:///C:\Users\MASTER\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image091.gif)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sel merupakan unit struktural dan
fungional terkecil yang penyusun makhluk hidup. Tumbuhan
termasuk organisme multiseluler yang terdiri dari berbagai jenis sel yang terspesialisasi dan bekerja sama melakukan
fungsinya. Semua
fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di dalam sel. Sel tumbuhan meliputi
berbagai organel dan penyusun-penyusun lainnya seperti dinding sel, membran
plasma, retikulum endoplasma, badan golgi, vakuola, peroksisom dan glioksisom,
ribosom, mitokondria, plastida dan nukleus.
Dinding sel merupakan bagian terluar sel tumbuhan atau struktur di
luar membran plasma yang membatasi ruang bagi sel untuk membesar. Dinding sel
ada dua yaitu dinding sel primer dan sekunder. Dinding sel berfungsi memberikan
dukungan, perlindungan dan penyaring bagi struktur dan fungsi sel sendiri, mencegah kelebihan air yang masuk ke dalam sel, serta bersama-sama
dengan vakuola berperan dalam turgiditas sel atau kekakuan sel.
Membrane sel
adalah selaput yang terletak paling luar yang tersusun atas senyawa kimia lipoprotein (gabungan dari senyawa lemak
atau lipid dengan senyawa protein). Membran
berupa struktur yang membatasi sel, terdiri atas lipid yang mengandung gugus polar
dan gugus yang bersifat hidrofob. Membran plasma
mengontrol lalulintas ke dalam dan keluar sel yang dikelilinginya. Fungsi biologis membran sel bergantung
pada molekul-molekul penyusunnya, yaitu lipid, protein, dan karbohidrat. Adapun fungsi membran plasma adalah kompertemenisasi, interaksi
antar sel, perubahan energi, transfer informasi, penyediaan
enzim, sebagai perantara, dan pergerakam substansi melintasi membran.
Inti
sel merupakan organel yang sangat penting bagi kehidupan. Inti sel berperan
mengendalikan seluruh kegiatan sel. Fungsi inti sel dalam mengatur siklus sel seperti apakah sel tersebut
harus membelah, tidak membelah atau membesar saja. Pembelahan
sel merupakan faktor penting dalam kehidupan mahluk hidup. Setiap sel dapat
memperbanyak diri dengan membentuk sel-sel baru melalui proses pembelahan sel
atau reproduksi sel. Pembelahan
sel
dibedakan menjadi dua,
yaitu pembelahan secara langsung (amitosis) dan pembelahan secara tidak
langsung (mitosis dan meiosis).
B. Saran
-
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Inti Sel Artikel Lengkap. Diakese dari :
(Pada tanggal 18
September 2015 pukul 20.15 WITA).
Anonim. 2013. Sel Tumbuhan. Diakses dari :
(Pada tanggal 18
September 2015 pukul 20.10 WITA).
Anonim. 2014. Organel Sel Retikulum
Endoplasma. Diakses dari :
(Pada tanggal 21
September 2015 pukul 20.30 WITA).
Campbell. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Prawiro, Diratiara. 2011. Glioksisom. Diakses dari :
(Pada tanggal 19
September 2015 pukul 20.25 WITA).
Sipayung,
Rosita. 2003. Badan Golgi Biosintetis Dan Fungsinya Dalam
Metabolisme. Diakses dari
: http://library.usu.ac.id/download/fp/bdp-rosita3.pdf
(Pada tanggal 21
September 2015 pukul 20.35 WITA).
Sutriadi, Yayan.1992.Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan.Jakarta:Rineka Cipta.
Yulianti, Evi. 2005. Organel Sel Eukariotik. Diakses dari :
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/evy-yulianti-msc/organela-sel-eukariotik.pdf (Pada tanggal 23 September 2015 pukul 20.05 WITA).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar